Mencari dan Mengelola informasi
Oleh: supriyadi
1) Mencari informasi
Mencari informasi dari internet bisa dilakukan melalui
Search engine/mesin pencariketik kata kunci pencarian
Masukkan alamat web/ situs di address bar
iv)
Browsing berarti kegiatan menjelajah di internet. Kegiatan download adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara mengambil informasi yang ada di internet dalam bentuk file bukan dalam bentuk halaman yang ditempelkan di browser. Arus kegiatannya berarti mengambil informasi dari server ke computer kita/ client. Kebalikan dari download adalah upload. Tulisan ini mencoba memaparkan cara mencari informasi dan mengelolanya. Kita bisa masukkan kata kunci pencarian dari data yang akan kita inginkan yang disediakan oleh situs pencarian. Berikut ini cara mendapatkan informasi melalui search engine:
i) Buka browser internet expolerer atau browser lainya
ii) Ketik dan masukkan URL salah satu homepage penyedia fasilitas pencariaan seperti www.google.com atau www.yahoo.com dll pada address bar
iii) Setelah tampilan misalnya google muncul,
iv) Tuliskan kata kunci pencarian pada kotak pencarian, kemudian klik telusuri/enter/Go
v) Pilih link yang tertera yang berisi informasi yang kita cari.
vi) Kemudian kita bisa ambil informasi dan melakukan pengeditan terhadap informasi yang kita ambil.
2. Melakukan pengolahan informasi/ editing
i) Menyimpan halaman web
Kita bisa segera menyimpan halaman web tanpa membacanya secara keseluruhan, karena kalau kita baca secara keseluruhan bisa dibayangkan berapa uang yang kita keluarkan untuk membayar sambungan ke internet. Adapun cara menyimpan halaman web adalah sbb:
(1) Kilk menu file
(2) Pilih save aspilih target penyimpanannya apakah di hardisk, falshdisk atau penyimpanan lainnya.
(3) Pada kotak save as type pilihlah:
(a) Web page, HTML Only untuk menyimpan teksnya saja
(b) Web page, complete untuk menyimpan seluruh isi web termasuk gambanya( ukuran file menjadi besar
(4) Klik tombol save untuk proses penyimpanan
ii) Menyimpan informasi dengan copy dan paste
Kita bisa ambil informasi dengan cara mengkopi bagian yang kita inginkan dan menampilkan hasil kopian di clipboard dengan paste. Cara yang berikut ini bisa kita gunakan untuk mencari informasi di internet
(1) Blok bagian data yang kita kehendaki yang akan kita simpan
(2) Pilih menu editpilih copy atau dengan shortcut Ctrl+C atau klik kanan pilih copy
(3) Aktifkan atau buka program Microsoft word
(4) Jika sudah ada tampilan Microsoft word, pilih menu editpilih paste atau Ctrl+V atau klik kanan pilih paste
(5) Kita bisa mulai mengedit data kita
iii) Menyimpan gambar
(1) Cara menyimpan gambar adalah sbb
(a) Klik kanan gambarnya
(b) Pilh save picture as/ save image as
(c) Tentukan lokasi/ media penyimpanannya
(d) Beri nama pada file name
(e) Save as type, tentukan tipe file yang akan disimpan
(f) Klik save
iv) Mencetak file
(1) Pilih menu file
(2) Pilih print/ Ctrl+P
(3) Pilih printer yang kita pakai
(4) Atur pencetakan halaman
(5) Klik print
iv)
iv)
Rabu, 10 Februari 2010
Selasa, 12 Januari 2010
materi TIK Kelas 8
Materi kelas VIII semester 2
MTs MUHAMMADIYAH 2 KALIJAMBE
OLEH : SUPRIYADI
1. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
1.1. Mengidentifikasi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka
1.2. Mengidentifikasi menu dan ikon pada Menu Bar
a. Menu File
b. Menu Edit
c. Menu View
d. Menu Insert
e. Menu Format
f. Menu Tools
g. Menu Data
i. Menu Help
h. Menu Windows
1.3. Mengidentifikasi menu dan ikon pada Toolbar
1.3.1. Standard
1.3.2. Formating
1.3.3. Drawing
2. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
2.1. Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka
2.2. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada menu bar
2.3. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada Toolbar
2.3.1. Standard
2.3.2. Formatting
2.3.3. Drawing
3. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
3.1. Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah angka
3.1.1. Menggunakan sub – sub menu dari 9 menu yang pada menu bar yaitu : File, edit, view, insert, format, tools, data, window, dan help
3.1.2. Menggunakan ikon-ikon pada Toolbar :
3.1.2.1. Standard
3.1.2.2. Formatting
3.1.2.3. Drawing
4. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
4.1. Membuat dokumen pengolah angka sederhana
4.1.1. Membuat dokumen baru
4.1.2. Mengatur lebar kolom dan tinggi baris
4.1.3. Meletakan data
4.1.4. a. pada worksheet yang dikehendaki
4.1.5. b. pada folder yang dikehendaki
4.1.6. Mengatur tampilan Border
4.1.7. Mengedit kolom dan baris
4.1.8. Menyisipkan objek
4.1.9. Mengatur format Angka
4.1.10. Menggunakan rumus dan fungsi
4.1.11. Mengatur Halaman
4.1.12. Mencetak dokumen
Materi pelajaran
Fungsi menu dan ikon
Fungsi menu dan ikon pada menu bar
File = Pengaturan File
Edit = mengedit dokumen
View = mengatur tampilan dokumen
Insert = menyisipkan dokumen, catatan kaki, gambar, dll
Format = mengatur format sebuah dokumen
Tools = mengatur perintah tool
Table = mengatur penggunaan tabel
Windows = mengatur tampilan jendela
Help = mengatur perintah bantuan
Fungsi menu dan ikon pada toolbar standar
Berturut-turut dari sebelah kiri
New = membuat dokumen baru
Open = membuka dokumen yang sudah ada/ tersimpan
Save = menyimpan dokumen
Print = mencetak dokumen yang di kerjakana/ dibuka
Print Preview = menampilkan tampilan hasil cetakan
Spelling& Grammer = mengeja kata-kata yang ada dalam dokumen
Reseach = untuk mencari nama file yang belum diketahui
Cut = memotong sebagian dari dokumen dan simpan dalam clipboard
Copy = membuat salinan dari bagian yang diambil dokumen
Format Painter = pengaturan format yang di ambil dari salah satu format dalam dokumen
Undo = membatalkan perintah sebelumnya
Redo = kembali kepada perintah selanjutnya
Insert Hyperlink = melakukan jalan pintas menuju ke tempat/ lokasi dalam dokumen atau file lain.
Zigma = mencari jumlah formula
Sort Ascending = mengurutkan dari rendah ke tinggi
Sort Descending = mengurutkan dari tinggi ke rendah
Chart Wizard = membuat Diagram
Columns = membuat format kolom
Drwaing = berisi perintah-pertinh yang berhubungan dengan perintah menggambar
MTs MUHAMMADIYAH 2 KALIJAMBE
OLEH : SUPRIYADI
1. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
1.1. Mengidentifikasi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka
1.2. Mengidentifikasi menu dan ikon pada Menu Bar
a. Menu File
b. Menu Edit
c. Menu View
d. Menu Insert
e. Menu Format
f. Menu Tools
g. Menu Data
i. Menu Help
h. Menu Windows
1.3. Mengidentifikasi menu dan ikon pada Toolbar
1.3.1. Standard
1.3.2. Formating
1.3.3. Drawing
2. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
2.1. Menjelaskan fungsi menu dan ikon pada perangkat lunak pengolah angka
2.2. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada menu bar
2.3. Menjelaskan menu dan fungsi ikon pada Toolbar
2.3.1. Standard
2.3.2. Formatting
2.3.3. Drawing
3. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
3.1. Menggunakan menu dan ikon pokok pada perangkat lunak pengolah angka
3.1.1. Menggunakan sub – sub menu dari 9 menu yang pada menu bar yaitu : File, edit, view, insert, format, tools, data, window, dan help
3.1.2. Menggunakan ikon-ikon pada Toolbar :
3.1.2.1. Standard
3.1.2.2. Formatting
3.1.2.3. Drawing
4. Menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi
4.1. Membuat dokumen pengolah angka sederhana
4.1.1. Membuat dokumen baru
4.1.2. Mengatur lebar kolom dan tinggi baris
4.1.3. Meletakan data
4.1.4. a. pada worksheet yang dikehendaki
4.1.5. b. pada folder yang dikehendaki
4.1.6. Mengatur tampilan Border
4.1.7. Mengedit kolom dan baris
4.1.8. Menyisipkan objek
4.1.9. Mengatur format Angka
4.1.10. Menggunakan rumus dan fungsi
4.1.11. Mengatur Halaman
4.1.12. Mencetak dokumen
Materi pelajaran
Fungsi menu dan ikon
Fungsi menu dan ikon pada menu bar
File = Pengaturan File
Edit = mengedit dokumen
View = mengatur tampilan dokumen
Insert = menyisipkan dokumen, catatan kaki, gambar, dll
Format = mengatur format sebuah dokumen
Tools = mengatur perintah tool
Table = mengatur penggunaan tabel
Windows = mengatur tampilan jendela
Help = mengatur perintah bantuan
Fungsi menu dan ikon pada toolbar standar
Berturut-turut dari sebelah kiri
New = membuat dokumen baru
Open = membuka dokumen yang sudah ada/ tersimpan
Save = menyimpan dokumen
Print = mencetak dokumen yang di kerjakana/ dibuka
Print Preview = menampilkan tampilan hasil cetakan
Spelling& Grammer = mengeja kata-kata yang ada dalam dokumen
Reseach = untuk mencari nama file yang belum diketahui
Cut = memotong sebagian dari dokumen dan simpan dalam clipboard
Copy = membuat salinan dari bagian yang diambil dokumen
Format Painter = pengaturan format yang di ambil dari salah satu format dalam dokumen
Undo = membatalkan perintah sebelumnya
Redo = kembali kepada perintah selanjutnya
Insert Hyperlink = melakukan jalan pintas menuju ke tempat/ lokasi dalam dokumen atau file lain.
Zigma = mencari jumlah formula
Sort Ascending = mengurutkan dari rendah ke tinggi
Sort Descending = mengurutkan dari tinggi ke rendah
Chart Wizard = membuat Diagram
Columns = membuat format kolom
Drwaing = berisi perintah-pertinh yang berhubungan dengan perintah menggambar
materi TIK kelas IX semester genap
BAB 1
MENDEMONSTRASIKAN AKSES INTERNET SESUAI PROSEDUR
Oleh: Supriyadi
A. SOFTWARE UNTUK INTERNET
1. Software system operasi: soft ware/ perangkat lunak yang bertugas mengontrol kerja seluruh komponen computer. Contoh: Microsoft windows, machintosh, linux dll
2. Software aplikasi: program yang ada dalam computer yang bertugas menyelesaikan kebutuhan atau tugas yang spesifik/ khusus. contoh: ms. Internet explorer bertugas sebagai program untuk menjelajahi internet. Contoh lain: Mozilla firefox, opera, netscape communicator dll.
B. Browing dengan internet explorer
· Sebelum lebih lanjut perlu disini mengenal symbol/ gambar ikon internet explorer. Gambar internet explorer sbb:
· Membuka program internet explorer
Perintahnya bisa dengan melalui cara sbb:
1. Dari menu star: staràprogramàinternet explorer
2. Double klik ikon internet explorer di desktop
3. Menggunakan quich lunch seperti di tunjuk tanda panah seperti pada gambar dibawah
2. Mengidentifikasi menu dan fungsi menu dan ikon di tampilan internet explorer
1. Title bar: bar judul menunjukkan judul halaman web yang sedang di buka. Dan berisi tombol ukuran/ size button yang terdiri 3 tombol, yaitu minimize, maxsimize/ restore dan close.
2. Menu bar: disebut puldown menu. Setiap menu akan memiliki sub menu seperti terlihat gambar di bawah nanti.
File = Pengaturan File
Edit = mengedit dokumen
View = mengatur tampilan dokumen
Tools = mengatur perintah tool
Wndow = mengatur tampilan jendela
Help = mengatur perintah bantuan
3. Address bar Dipakai untuk memasukkan alamat web dan tanda panah ke bawah dipkai untuk menunjukkan alamat web yang telah kita kunjungi
4. Toolbar standar:terdiri dari ikon yang sering digunakan dan memudahkan kita melakukan browsing
5. Status bar: berisi informasi tetnag penampilan web di computer, terkadang berupa tulisan transferring data/ connecting/ waiting. Kalau sudah di tampilkan di monitor maka akan tertulis “done”
C. Alamat situs di internet
System Pemberian nama diinternet dengan istilah DNS( domain name system). Alamat diinternet dikenal dengan domain. Ini memudahkan kita untuk berinternet..coba bayangkan kalau kita harus menghapal alamat IP (alamat internet) yang berupa angka dengan banyak digit. Dengan cara menuliskan nama domain pada address bar maka kita bisa mengaksesnya.
Istilah lain untuk domain adalah URl( uniform Resource Locator) yaitu alamat file di internet.
Perhatikan contoh alamat web berikut ini:
( protocol://nama_ host/path/nama_file)
http://www. yahoo.com
dalam DNS ada pembagian domain
1. Domain generic(g-TLD=generic -Top level Domain) ingat
.com
.edu
.org
Dan lain-lain
2. Domain suatu Negara(cc-TLD= country code- Top Level Domain)
.co.id
.ac.id
.go.id
Dll
D. Search Engine
Mesin pencari yang dipakai untuk mencari informasi di internet. Situs yang menyediakan pencarian diantaranya sbb:
E. Menggunakan searh engine untuk memperoleh informasi
Perintah:
1. Aktifkan perangkat lunak internet explorer
3. Tulis kata pencarian / informasi yang kita butuhkan pada kotak pencarian, lalu enter atau telusuri dengan google
4. Jika mau di simpan, kita tinggal klik fileàSave web pageàsave in( pilih media yang kita gunakan untuk menyimpan)àketik nama/ bisa otomatis yang tertampil dikotak file nameàsave
Soal bab 1. Mendemonstrasikan akses internet sesuai prosedur
1. Software yang dibutuhkan untuk ber internet?
2. Bagaimana cara membuka program internet explorer
3. Apa fungsi menu file, edit, view, tools, favorite, help?
4. Coba bandingkan dengan tampilan Software browser internet explorer dengan mozilla!!
5. Identifikasi semua yang anda ketahui tentang internet explorer!
6. Apa yang disebut DNS, bagaimana penulisan alamat web yang lengkap dan beri contoh penulisannya?
7. Apa yang disebut search engine dan beri contohnya?
Bab 2.layanan di internet
A. Pada semester yang lalu kita telah bahas layanan / fasilitas yang bisa kita manfaatkan di internet. Tidak ada salahnya kalau ulas/ review untuk menyegarkan ingatan kita. Ada beberapa layanan yang bisa kita gunakan diantaranya:
1. WWW(web)
2. E-mail
3. Milis
4. News group
5. telnet
6. FTP
7. IRC
8. Gopher
9. Ping
Dalam bab ini kita akan mempelajari lebih detail tentang E-mail. E-mail kepanjangan dari elektronic mail atau dalam bahasa Indonesia =surat elektronik. Email dipisahkan tanda @( dibaca at) yang memisahkan nama pemilik dengan nama penyedia fasilitas email
Contoh; arkhasosiety@yahoo.co.id
Artinya: arkhsosiety adalah nama pemilik, @ itu symbol pemisah yang berarti di, dan yahoo.co.id adalah nama penyedia fasilitas email.
B. Jenis email
Ada 3:
1. POP Mail: email yang diterima melalui ISP langganan kita. Kita bisa akses dengan menggunakan Microsoft Outlook express. Kita bisa baca saat offlaine dan sayangnya kita tidak bisa membuka disembarang tempat
2. Email berbasis web: email jenis ini diberikan oleh website yang menyediakan layanan email, seperti yahoo, hotmail, plasa.com dll. Kita bisa membuka email dimanapun tempatnya dan biasanya gratis. Tetapi email kita hanya bisa kit abaca saat online artinya kita harus mengeluarkan biaya untuk koneksi internet
3. Email Forwading: email ini memberikan layanan penerusan email yang diterima ke alamat email yang lain. Kelebihanya kita bisa menyembunyikan alamt email kita/ menggantinya. Kekurangannyaemail jenis ini hanya perantara dan harus meneruskan ke alamat email lainya dengan demikian butuh waktu lama untuksampai ke email sesungguhnya.
C. Manfaat email
1. efektif untuk bersurat menyurat/ korespondensi dengan banyak orang dengan isi yang sama
2. efisien anggaran/ biaya karena dokumen tidak perlu dikirim secara manual/ via pos
3. fleksibel Karen kapan dan dimanapun kita bisa baca, kirim dan terima email
4. dapat berdiskusi atau bergabung dalam suatu kelompok
5. sebagai tanda identitas/ account di internet, dll
D. Membuat email
Kita akan buat dari yahoo
Perintahnya
1. Aktifkan internet explorer atau software browser lainya
3. Pada tampilan yahoo, pilih sign up for yahoo karena kita belum punya email. Kalau sudah memiliki email kita tinggal klik sign in
4. Sign up now
5. Isi formulir pendaftaran dari ( nama sampai create my account)
6. jika sudah benar maka kita akan dapat ucapan selamat
E. Menggunakan email
Jumat, 01 Januari 2010
apresiasi seni dari kaum marjinal
Sebuah apresiasi seorang dalam liminalitas tak berdaya dan butuh segmentasi berupa ruang pelepas penat, ekspresi suka duka, dan pencerahan
Oleh : supriyadi
(arkhasosiety@yahoo.co.id)
Sebuah pengharapan 1
Bunga harum
Bunga melati
Menebar wangi hanya bertahan semusim
Bunga idaman
Bunga desa
Cantik, menarik hanya bertahan seusia
Bunga harapan
Bunga bangsa
Dikenang, dibangga sepanjang masa
___________oleh: arkha, 2005_________
Coba dewasa
Gadis kecil
Mengenal dewasa
Lewat lensa
Menggila.
___________oleh: arkha, __________
Arti bersahabat
Persahabatan yang tak membedakan
Jujur antara mata dan hati
Bersahaja
___________oleh: arkha, __________
Sebuah pengaharapan 2
Gadisku kelak
Aku tak menuntutmu banyak
Hanya Satu
Jadilah, gadis yang seperti ini……..
Itulah harapan ku
___________oleh: arkha, __________
Emosi agama
Tak terbayang
Kegilaan yang berarti pada seorang hamba
Siraman air surga
Meresap, menngetarkan relung jiwa
Emosi agama
Ketakutan pada tuhan atau,
Ketakutan pada dunia
Suasana gaduh jadi tontonan sakral
Jemari bergetar mengiringi ayat suci
Berhenti pada satu suara
Kebinasaan akal dan pemerkosaan hak
Adilkah itu semua?
Mereka bergeming melempar muka.
__________oleh: arkha, __________
Muka dua
Putih bersih
Bersih dari putih
Dua wajah
Tipu daya
murung
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________
Senyum pelangi
Melintas dalam titik-titik air
Kiblatku terarah
Pasrah
Meninggalkan senyum damai
Pergi bersama mentari
Aku tak berkehendak
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________
Sebuah ikatan
Sepasang muda-mudi
Berjalan dalam gelap malam
Jemari terpaut
Disela jemari
Menepi dalam kesunyian
Berlabuh di dermaga cinta
Malam seribu janji
___________oleh: arkha, Bandung, mar 02___________
Jauh dari nyata
Satu kata tak terucapkan
Isyarat makna tertanggalkan
(jauh tinggi mengepakkan sayap)
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________
Dikala senja
Mentari terbenan
Keramaian dikala hening
Semarak
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________
Self determination
Hidupku untuk diriku
Memang egois
Tapi adamu tak lepas dari diriku
Sebagai pemanis jalanku kelak
Tak seorangpun yang mengerti aku
Tak seorangpun yang bisa menolongku
Kecuali aku dan seorang sosok yang bukan manusia lagi disini
Hidupku yang selalu tersenyum
Dan membahagiakan dunia mu
bukan untuk kamu
tapi untuk diriku
itu semua hany percikan dari kehidupanku kelak
hidupku yang ingin selalu menangis dan sendiri
bukan karena kamu
tapi untuk sekedar ngobrol dan berbagi denagan masa laluku
dan hukumanku yang kelak aku rasa
mengertilah
mengertilah
mengertilah
pedulimu aku hargai
dan aku berhak memilih
___________oleh: arkha, Bandung, 11 juni 02___________
Aku ingin pulang
Ketika burung menyanyi
Menertawakan pagiku yang malas
Melantunkan suara dalam keceriaan
Ketika burung tak lelah mengepakkan kedua sayap
Langkah kakiku tetap tak beranjak
Puluhan mil terlampaui
Aku masih disini
Aku bosan100 …………………..
___________oleh: arkha, Bandung, juni 02___________
Pisah
Runyam
Hati bersemayam dipadang tandus
Layu
Adakalanya
Berhenti mencela……..
Sumbang
Kacau
Dari kata yang membinasakan asa
Merah
Berjalan dua arah
___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________
Kehadirannya menutup jumpa
Jika suatu saat nanti
Jiwaku tidak nyaman lagi dalam ragaku
Yang kini tengah tak berdaya
Dengan sendirinya hak hidupku dicabut
Sekembalinya
Aku hanya sekedar materi tak berguna
Yang meninggalkan cacian makian
Tangiusan kalaupu ada
Ku buat noktah mengisi tabula rasa
___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________
Masih adakah??????
Dan masih adakah setetes embun
Yang mampu mendinginkan suasana?
Dan masih adakah seberkas cahaya
Yang mampu menerangi jalan?
Dan masih adakah rasa cinta
Yang mampu menahan air mata?
Dan masih adakah canda tawa
Yang mampu memecahkan kesepian
Saat ada yang hilang dimata kita?
Dan masih adakah senyum dari bibir merah
Yang mampu menentramkan jiwa, yang bekerja mengetuk jendela cinta?
Dan masih adakah kat hina
Yang masih kau tuduhkan padaku?
Dan masih adakah keinginan
Yang berusaha menjauhkan impian dariku?
Dan masih adakah pintu maaf bagimu
Yang mapu membersihkan kealahan?
Dan masih adakah jiwaku berada untuh tanpa pilar hasrat dan ambisi tak berarti
___________oleh: arkha, Bandung,29 agst 02___________
Oleh : supriyadi
(arkhasosiety@yahoo.co.id)
Sebuah pengharapan 1
Bunga harum
Bunga melati
Menebar wangi hanya bertahan semusim
Bunga idaman
Bunga desa
Cantik, menarik hanya bertahan seusia
Bunga harapan
Bunga bangsa
Dikenang, dibangga sepanjang masa
___________oleh: arkha, 2005_________
Coba dewasa
Gadis kecil
Mengenal dewasa
Lewat lensa
Menggila.
___________oleh: arkha, __________
Arti bersahabat
Persahabatan yang tak membedakan
Jujur antara mata dan hati
Bersahaja
___________oleh: arkha, __________
Sebuah pengaharapan 2
Gadisku kelak
Aku tak menuntutmu banyak
Hanya Satu
Jadilah, gadis yang seperti ini……..
Itulah harapan ku
___________oleh: arkha, __________
Emosi agama
Tak terbayang
Kegilaan yang berarti pada seorang hamba
Siraman air surga
Meresap, menngetarkan relung jiwa
Emosi agama
Ketakutan pada tuhan atau,
Ketakutan pada dunia
Suasana gaduh jadi tontonan sakral
Jemari bergetar mengiringi ayat suci
Berhenti pada satu suara
Kebinasaan akal dan pemerkosaan hak
Adilkah itu semua?
Mereka bergeming melempar muka.
__________oleh: arkha, __________
Muka dua
Putih bersih
Bersih dari putih
Dua wajah
Tipu daya
murung
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________
Senyum pelangi
Melintas dalam titik-titik air
Kiblatku terarah
Pasrah
Meninggalkan senyum damai
Pergi bersama mentari
Aku tak berkehendak
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________
Sebuah ikatan
Sepasang muda-mudi
Berjalan dalam gelap malam
Jemari terpaut
Disela jemari
Menepi dalam kesunyian
Berlabuh di dermaga cinta
Malam seribu janji
___________oleh: arkha, Bandung, mar 02___________
Jauh dari nyata
Satu kata tak terucapkan
Isyarat makna tertanggalkan
(jauh tinggi mengepakkan sayap)
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________
Dikala senja
Mentari terbenan
Keramaian dikala hening
Semarak
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________
Self determination
Hidupku untuk diriku
Memang egois
Tapi adamu tak lepas dari diriku
Sebagai pemanis jalanku kelak
Tak seorangpun yang mengerti aku
Tak seorangpun yang bisa menolongku
Kecuali aku dan seorang sosok yang bukan manusia lagi disini
Hidupku yang selalu tersenyum
Dan membahagiakan dunia mu
bukan untuk kamu
tapi untuk diriku
itu semua hany percikan dari kehidupanku kelak
hidupku yang ingin selalu menangis dan sendiri
bukan karena kamu
tapi untuk sekedar ngobrol dan berbagi denagan masa laluku
dan hukumanku yang kelak aku rasa
mengertilah
mengertilah
mengertilah
pedulimu aku hargai
dan aku berhak memilih
___________oleh: arkha, Bandung, 11 juni 02___________
Aku ingin pulang
Ketika burung menyanyi
Menertawakan pagiku yang malas
Melantunkan suara dalam keceriaan
Ketika burung tak lelah mengepakkan kedua sayap
Langkah kakiku tetap tak beranjak
Puluhan mil terlampaui
Aku masih disini
Aku bosan100 …………………..
___________oleh: arkha, Bandung, juni 02___________
Pisah
Runyam
Hati bersemayam dipadang tandus
Layu
Adakalanya
Berhenti mencela……..
Sumbang
Kacau
Dari kata yang membinasakan asa
Merah
Berjalan dua arah
___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________
Kehadirannya menutup jumpa
Jika suatu saat nanti
Jiwaku tidak nyaman lagi dalam ragaku
Yang kini tengah tak berdaya
Dengan sendirinya hak hidupku dicabut
Sekembalinya
Aku hanya sekedar materi tak berguna
Yang meninggalkan cacian makian
Tangiusan kalaupu ada
Ku buat noktah mengisi tabula rasa
___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________
Masih adakah??????
Dan masih adakah setetes embun
Yang mampu mendinginkan suasana?
Dan masih adakah seberkas cahaya
Yang mampu menerangi jalan?
Dan masih adakah rasa cinta
Yang mampu menahan air mata?
Dan masih adakah canda tawa
Yang mampu memecahkan kesepian
Saat ada yang hilang dimata kita?
Dan masih adakah senyum dari bibir merah
Yang mampu menentramkan jiwa, yang bekerja mengetuk jendela cinta?
Dan masih adakah kat hina
Yang masih kau tuduhkan padaku?
Dan masih adakah keinginan
Yang berusaha menjauhkan impian dariku?
Dan masih adakah pintu maaf bagimu
Yang mapu membersihkan kealahan?
Dan masih adakah jiwaku berada untuh tanpa pilar hasrat dan ambisi tak berarti
___________oleh: arkha, Bandung,29 agst 02___________
intepretasi budaya lewat mitologi
Intepretasi budaya lewat Mitologi
By: supriyadi
Prolog dari sebuah karya ilmiah
Mitologi dalam pandangan strukturalis adalah dongeng. Mite terkadang orang memaknai adalah sebagai dongeng suci dan mempunyai dimensi mengarahkan perilaku (social order). Karenanya mite disini bersifat problematis, karena apa yang orang katakan suci bukan lagi hal yang suci bagi sebagian yang lain. Oleh karena itu paradigma strukturalisme levi-staruss mengganggap dan menempatkan mite adalah sebuah dongeng yang punya makna. Dalam pandangan struktur maka dia bermakna karena dia disandingkan dengan yang lain. Mite inilah sebagai via regia untuk mengungkap tentang apa yang ada di alam pikir manusia yang menentukan tingkah laku manusia.
Mitologi sebuah ilmu yang terkadang sangat jarang orang menyadari pentingnya makna yang terkandung di dalam dongeng atau cerita rakyat itu bagi penataan tingkah laku sosial. Dalam kajian yang saya lakukan yang mengambil tokoh mite pangeran Samudro dalam dongeng pangeran Samudro di Gunung kemukus, ternyata ada kemiripan dengan dongeng lain walaupun telah mengalami penyesuaian dengan budaya lokal. Dalam kajian mitologi dalam perspektif strukturalis mite tidak lain adalah dongeng, karena itulah terminologi yang saya pakai adalah dongeng.
Menarik disini adalah adanya konteks latar belakang budaya waktu itu, yaitu dengan adanya peralihan tradisi dari hindu ke islam. pada masa politik kekuasaan majapahit ke arah kekuasaan Demak. ini butuh intepretasi hermeneutis yang mendalam. dalam analisa dongeng tersebut saya menggunakan dongeng penyanding oedipus, dengan alasan tertentu yang akan dibahas di bab tersendiri.
Pangkal tolak mempelajari mite adalah bahwa dongeng mengatasi teka-teki yang tak terjawab dan dengan demikian mempunyai media untuk mengantarai / menjawab teka-teki. Kalau levi strauss untuk mengantarai dalam mengatasi masalah yang tak terjawabkan dalam setiap karyannya berbeda seperti dapur/api untuk mengantarai natur-kultur, perniagaan untuk mengantarai natur-kultur dll. dalam Pangeran Samudro penengahnya/media nya yaitu pengusiran untuk menjawab teka-teki yaitu percintaannya/ peselingkuhannya dengan ibu tiri. yang mana kedua tokoh tersebut adalah dua orang yang tak terjodohkan. demikian sedikit dari dongeng Pangeran samudro yang saya ambil dari masyarakat pemilik mitos..
By: supriyadi
Prolog dari sebuah karya ilmiah
Mitologi dalam pandangan strukturalis adalah dongeng. Mite terkadang orang memaknai adalah sebagai dongeng suci dan mempunyai dimensi mengarahkan perilaku (social order). Karenanya mite disini bersifat problematis, karena apa yang orang katakan suci bukan lagi hal yang suci bagi sebagian yang lain. Oleh karena itu paradigma strukturalisme levi-staruss mengganggap dan menempatkan mite adalah sebuah dongeng yang punya makna. Dalam pandangan struktur maka dia bermakna karena dia disandingkan dengan yang lain. Mite inilah sebagai via regia untuk mengungkap tentang apa yang ada di alam pikir manusia yang menentukan tingkah laku manusia.
Mitologi sebuah ilmu yang terkadang sangat jarang orang menyadari pentingnya makna yang terkandung di dalam dongeng atau cerita rakyat itu bagi penataan tingkah laku sosial. Dalam kajian yang saya lakukan yang mengambil tokoh mite pangeran Samudro dalam dongeng pangeran Samudro di Gunung kemukus, ternyata ada kemiripan dengan dongeng lain walaupun telah mengalami penyesuaian dengan budaya lokal. Dalam kajian mitologi dalam perspektif strukturalis mite tidak lain adalah dongeng, karena itulah terminologi yang saya pakai adalah dongeng.
Menarik disini adalah adanya konteks latar belakang budaya waktu itu, yaitu dengan adanya peralihan tradisi dari hindu ke islam. pada masa politik kekuasaan majapahit ke arah kekuasaan Demak. ini butuh intepretasi hermeneutis yang mendalam. dalam analisa dongeng tersebut saya menggunakan dongeng penyanding oedipus, dengan alasan tertentu yang akan dibahas di bab tersendiri.
Pangkal tolak mempelajari mite adalah bahwa dongeng mengatasi teka-teki yang tak terjawab dan dengan demikian mempunyai media untuk mengantarai / menjawab teka-teki. Kalau levi strauss untuk mengantarai dalam mengatasi masalah yang tak terjawabkan dalam setiap karyannya berbeda seperti dapur/api untuk mengantarai natur-kultur, perniagaan untuk mengantarai natur-kultur dll. dalam Pangeran Samudro penengahnya/media nya yaitu pengusiran untuk menjawab teka-teki yaitu percintaannya/ peselingkuhannya dengan ibu tiri. yang mana kedua tokoh tersebut adalah dua orang yang tak terjodohkan. demikian sedikit dari dongeng Pangeran samudro yang saya ambil dari masyarakat pemilik mitos..
makalah dikotomi pendidikan dari perspektif strukturalism
BAB I PENDAHULUAN
DIKOTOMI PENDIDIKAN DAN TAFSIR STRUKTURALISME
(Sebuah tinjauan antropologis)
1.1 Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan kunci untuk menapaki masa depan. Pendidikan menjadi penting artinya karena melalui pendidikanlah yang menetukan arah kehidupan melalui proses pembelajaran antar generasi. Melaui proses sosialisasi, enkulturasi di dalam institusi primer yaitu dalam keluarga. Dari situlah proses pewarisan unsur budaya dalam hal ini adalah pembelajaran dilakukan pertamakali. Di dalam literature ilmu social disebutkan bahwa kebudayaan didefinisikan sebagai suatu keseluruhan system ide, system sosial, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia melalui proses belajar. Ini berarti kunci pokok dari kehidupan manusia itu terletak dari adanya proses belajar.
Sedemikian pentingnya pendidikan ini dalam hidup, maka pendidikan selalu menjadi ranah selalu hangat untuk diperbincangkan..Hal yang menarik lagi dalam diskursus mengenai tema besar ini adalah pijakan akar budaya dan historisitas dari perkembangan pendidikan di Indonesia. Suatu kondisi yang tidak boleh tidak ada seandainya kita mau meneliti tentang perkembangan pendidikan di negeri kita ini adalah faktor kesejarahan. Bagaimanapun juga sejarah warisan colonial Belanda turut membentuk wajah pendidikan kita.
Kalau kita perhatikan, dari jaman kolonial sampai sekarang ada tendensi yang mengarah pada pola akibat bentukan budaya yang mengakar kuat. Fenomena pembagian menjadi dua bagian antara negeri dan swasta, umum dan agama, sentralistik dan desentralisasi, menejemen berbasis sekolahan dan menejemen berbasis pusat, kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum berbasis pengetahuan, kesemuanya itu lebih kita tempatkan sebagai fakta.
Melalui makalah ini, saya berusaha mengungkapkan wajah pendidikan di negeri kita ini, yang penuh dengan masalah yang sebenarnya merupakan fenomena budaya yang unik. Melaui pendekatan deskriptif-historis, saya berusaha mengungkapkannya, menggambarkan permasalahan yang saya angkat. Dalam tugas saya ada banyak tema besar yang secara eksplisit dipaparkan yang saya kategorikan sebagai permasalahan yang pertama yaitu dikotomi, kedua masalah menejemen, dan yang terakhir masalah dampak yang muncul dari fungsi lembaga pendidikan. Dan ketiga tema besar tadi tentunya membutuhkan waktu lama untuk meneliti yang lebih radikal. Saya disini, hanya akan menyampaikan wajah/ potretnya yang penting sebagai bahan renungan dan tindakan lebih lanjut.
1.2. Rumusan masalah
Yang menjadi pokok pembicaraan dalam makalah saya adalah:
1. Bagaimana dikotomi yang ada dalam pendidikan kita muncul baik itu negeri-swasta, umum-agama, umum-kejuruan?
2. Bagaimana fungsi menejerial dalam pendidikan berlangsung?
BAB 2 PEMBAHASAN
(fenomena dikotomi dan perubahan menejerial dalam dunia pendidikan)
2.1 Dualisme sebagai akibat dari akar budaya
Skema yang perlu saya paparkan untuk memudahkan analisa, saya sajikan dalam bentuk oposisi biner(oposisi berpasangan).
Umum: agama
Wacana dikotomi bukanlah persoalan kontemporer tetapi tumbuh sejak lama yang punya historisitas yang panjang sejak lahirnya peradaban manusia pun telah ada pemisahan antara yang benar dan salah yang hak dan yang batil. Sejarah pendidikan kita sekarang tidak bisa lepas dari sitem pendidikan islam dan sistem pendidikan yang berasal dari warisan kolonial Belanda. Hal itu dikarenakan pendidikan islam di Indonesia telah ada sebelum adanya pendidikan formal Belanda. bisa kita lihat adanya pesantren yang tumbuh sebelum adanya pendidikan “barat”. Melaui media pesantren tersebut di sana dipakai untuk sarana pembelajaran untuk transfer nilai-nilai islam. Mereka mendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat dan sekaligus sebagai alat perjuangan. Itu bisa kita lihat pejuang-pejuang dari kalangan santri atau pesantren yang gugur demi tegaknya kedaulatan Negara kita.
Kalau kita perhatikan ada pola budaya bentukan colonial Belanda yang turut menentukan dinamika pendidikan kita. Ada steriotipe barat yang menganggap orang di luar Eropa pada waktu itu masih bersifat promiskuitas, barbarism, savagery dll. Hal itu menjadikan adanya system klasifikasi yang mengarah rasism. Dan akibatnya di Indonesia pun ada system kelas yang dibentuk Belanda. Orang Bumi putra demikian kita di golongkan. Hal itu berlajut kedalam klasifikasi yang merugikan.
Akibat dari system kelas tersebut pengaruhnya terhadap pendidikan orang bumi putra adalah hanya golongan bangsawan/ priyayi yang bisa bersekolah di sekolah Belanda. Dalam sebuah artikel dikatakan anak-anak yang bisa masuk sekolah Belanda sebelum kemerdekaan hanya 6% dan terbatas bagi anak-anak kaum bangsawan dan saudagar. Dan tentunya inilah awal babak baru yang menggiring kita akan pemahaman adanya dikotomi antara umum dan agama. Bagi rakyat bukan golongan priyayi pilihan tidak lain adalah pendidikan pesantren- yang berarti lebih bernuansa islam. Itu artinya diskriminasi tersebut membuat mobilitas social seseorang terbelenggu oleh system. Hanya orang tertentu yang diberikan akses untuk menempuh pendidikan “barat” (umum). Kondisi pesantren mendapat tekanan dan pendidikan islam memisahkan diri karena tekanan politik, agama dan social budaya.
Setelah merdeka pun dikotomi umum-islam masih tetap berlanjut, dan bahkan ada anggapan pendidikan islam terkesan di nomor duakan, kualitas lulusannya tidak sebagus yang dari umum, dll yang semuanya mengesankan pendidikan islam ada dalam “kelas nomor dua”. Dan sekarang kesempatan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia dijamin oleh konstitusi. Namun dikotomi antara umum-islam tidak serta merta hilang seiring dengan penjaminan oleh konstitusi.
Kalau kita mengacu pada skema teoritis dari Clifford Gertz seorang Antropolog yang banyak mencurahkan perhatian pada kebudayaan bali dan jawa, yang membuat kerangka acuan “model untuk dan model dari”. Dengan memakai kerangka acuan tersebut, kita bisa memjelaskan struktur pola di mana “model untuk” sebagai model acuan, harapan yang seharusnya dilakukan( das sollen) sedangkan “model dari” merupakan model yang terjadi/ kenyatan yang ada di masyarakat( das sein). Pendidikan islam kalau mengacu model untuk, pada waktu itu sangat berperan sebagai ajang membentuk pribadi yang cerdas, dan siap berjuang dan bertaqwa kepada Allah SWT yang menurut Safri Sairin (2002) kualitas lulusan ditentukan kiprahnya dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman pendidikan tradisional seperti pendidkan pesantren/ surau mulai ditinggalkan. Hal itu disebabkan oleh dorongan-dorongan seperti keinginan untuk mendapatkan posisi pemerintahan, karir politik, dunia kerja/ swasta, dll yang merupakan “model dari” yang merupakan realita yang membutuhkan formalitas pendidikan.
Kalau kita kembalikan ke “model untuk” maka pendidikan islam dan yang umum mengalami perubahan orientasi. Orientasi yang berkembang sekarang adalah mengarah ke pemenuhan “pasar kerja”. Pasar kerja tersebut merupakan “model dari” karena pasar kerja merupakan realita di lapangan. Hal itu berimplikasi pada kualitas lulusan yang menurut Safri sairin lebih ditentukan oleh sistem nilai akademis, apakah dia “berkualitas” seperti harapan yang ada dalam “model untuk” atau tidak,tergantung pada pribadi yang bersangkutan.
Pada awalnya Pendidikan Islam memang dimaksudkan sebagai representasi dari “model untuk” yaitu jika seseorang yang telah mendapatkan ilmu dari ustad/ gurunya, maka ia berkewajiban “amar ma’ruf nahi munkar” ( mengajak pada kebaikan dan mencegah kesalahan/ berbuat munkar) artinya ia wajib menyampaikan ilmu agama dari ajaran islam yang dogmanya merupakan “model untuk” bagi seluruh umat di dunia. Ini berarti bisa dikatakan pendidikan islam untuk membentuk juru dakwah. Berkembangnya sekolah-sekolah seperti madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah bahkan Institut Agama Islam, karena alasan permintaan pasar maka ada tendensi yang mengarah ke pasar kerja. Hal ini bisa dikatakan “model untuk” menjadi alasan bukan yang utama berubah ke arah “model dari” yang menjadi alasan utama, sehingga permasalahan yang menyangkut jual beli ijasah illegal dalam dunia pendidikan kita pada umumnya bisa dapatkan titik temu, dari logika pemecahan masalah tersebut diatas. Perubahan orientasi pasar kerja membuat pendidikan dijadikan orientasi masyarakat untuk mengejar ijazah. Ijazah menjadikan alat untuk mobilitas social ke atas, karena memang pasar kerja menghendaki pendidikan formal sebagai syarat kualifikasi setiap ada proses penerimaan karyawan/ pegawai. Hal itulah yang memunculkan praktik jual beli ijazah.
Diakui atau tidak perlakuan-perlakuan yang berbeda dan dikotomi dalam pendidikan berdampak yang tidak baik. Keterlibatan Departemen Agama untuk mengatur sekolah yang islam adalah suatu yang seharusnya, sebab kalau tidak sekolah-sekolah akan berjalan tanpa arah yang jelas. Konsep konpergensi telah ditelorkan oleh DEPAG yaitu satu pihak memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum sekolah agama. Yang diikuti dengan dikeluarkan surat keputusan menteri pendidikan, mentri agama dan mendagri tentang peningkatan mutu pendidikan madrasah juga menjadi usaha untuk menghilangkan dikotomi pendidikan di Indonesia.
Negeri: swasta
Bahkan lebih ironis lagi pemisahan tersebut jelas dengan sekolah yang berlabel negeri dan swasta. Banyak orang tua yang antusias ingin menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang negeri. Dunia kerjapun selalu melirik lulusan yang berlabel negeri. Hal itu tidak bisa dipungkiri karena sejarah telah membentuk demikian, sebagai contoh adanya ikatan dinas bagi sekolah berplat ”merah” ini setelah lulus langsung mendapatkan posisi bagus di lingkup instansi Negara, dll. Sementara yang swasta harus berkompetisi hanya untuk bisa survive di pasaran tetapi itupun hanya di level bawah dan lingkupnya lebih banyak sector swasta.
Menurut Nasution dalam bukunya sosiologi pendidikan(2004) mengemukakan alasan orang melanjutkan pendidikan yaitu; alasan mendapat pekerjaan, memberikan ketrampilan dasar, sebagai alat mobilitas social, menyediakan tenaga pembangunan, membantu menyelesaikan masalah social, transmisi kebudayaan, membentuk manusia yang social dan alasan transformasi budaya. Alasan seperti itulah yang mendorong orang menjatuhkan pilihan ke sekolah yang dianggap mampu menjamin kehihupan dunianya. Ini pilihan logis dari masyarakat yang tengah berada di era persaingan yang tentunya motifasinya ingin naik anak tangga ke kelas yang lebih tinggi dan keberadaan masyarakat kita yang penuh dengan “simbolisme”. Artinya konsumsi symbol banyak di buru oleh masyarakat kita hanya untuk sekedar ingin mendapat “cap” yang menunjukkan identitas kita terhadap kelompok yang lain.
Penyelenggara pendidikan swasta, kalau kita tilik sejarah juga punya andil besar dan telah ada sebelum RI ini berdiri, sebut saja Muhammadiyah, Tamansiswa, dll. Kiprah mereka di kancak politik, social budaya juga besar misalnya bisa kita ingat dari pergerakan nasional dulu. Kalau kini harus mencerdaskan anak bangsa, itu memang tujuan kita bersama yang termaktub dalam pembukaan UUD sebagai tujuan nasional, tetapi kalau kita lihat tidak sedikit sekolah swasta yang mendapatkan peserta didik yang terkesan”lengseran”dari sekolah negeri. Swasta mendapat siswa menunggu pengumuman yang negeri itulah realita yang berkembang. Artinya peserta didik kalaupun harus dikategorikan atau dibuat pemeringkatan maka yang sekolah negeri tentunya mendapatkan anak didik yang punya “kemampuan, bakat dan juga tingkat kecerdasan” yang lebih bagus. Harapan kita adanya langkah yang proposional dalam memberikan perhatian entah itu fasilitas, kesempatan yang sama dalam hal apapun maupun dalam hal lain.Nah, inilah yang perlu harus dibenahi dikotomi ini harus dihilangkan karena memang memisahkan.
Bahwa ilmu dan agama bukan sesuatu yang harus dipisahkan, tetapi lebih pada saling mengisi. Enstain seorang ahli fisika mengemukakan “ilmu tanpa agama adalah buta”. jadi semua punya titik temu yang mengarah pada dogma agama sebagai muaranya. Ilmu pegetahuan bermuara ke filsafat dan filsafat sebagai mother of secience “induknya ilmu bermuara ke agama. Jadi ilmu bukanlah semata-mata otoritas duniawi yang berbeda dengan agama yang dipandang berorientasi akherat. Ini pemahaman yang salah dan harus di luruskan bahwa ilmu itu adalah upaya akal untuk mengenal gejala alam yang tentunya sebagai cara mengenal keagungan Allah.
2.2 Kebijakan pemerintah dan perubahan menejerial pendidikan
Sebelum kita analisa kita buatkan bagan oposisi biner untuk memudahkan kita memahami
Sentralisasi : Desentralisasi
Menejemen Berbasis Pusat : Menejemen Berbasis Sekolah
Kurikulum berbasis pengetahuan : kurikulum berbasis kompetensi
Opisisi yang saling berhadapan diatas dalam pandangan atau paradigma strukturalisme sangat berarti, karena satu menjadi penting atau berarti karena ada yang lain yang yang menjadikan punya arti. Untuk penjelasannya sbb:
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah RI No.25 tentang Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom adalah sebagai dasar hukum telah memicu perubahan mendasar tentang pola pegelolaan pendidikan. Di era otonomi daerah ini, otonomi pendidikan yang kemudian bisa kita sebut Manejemen Berbasis Sekolah dipandang sebagai system pendidikan yang ideal. Tentunya pengelolaan menjadi hal yang sudah pasti berubah. perubahan terjadi karena menejemen berbasis pusat/ sentralistik menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja sekolah. Menejemen berbasis pusat bahwa masyarakat lebih dijadikan obyek yang selalu menerima karena segala aturan bersumber pada pusat. System ini bisa dikatakan dengan melalui garis komando top-down. Masyarakat dalam keterlibatannya bersifat pasif. Maka dikeluarkan lah pola menejemen baru yaitu manajemen berbasis sekolah (MBS).
Isi penting dari MBS adalah otonomi sekolah plus pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Pengambilan keputusan partisipatif adalah cara mengambil keputusan yang melibatkan kelompok-kelompok kepentingan sekolah, terutama yang akan melaksanakan keputusan dan yang akan terkena dampak keputusan. Karena sifat itu maka MBS lebih merupakan pendekatan bottom-up. Tujuan MBS adalah untuk memandirikan/ memberdayakan sekolah demikian bahwa MBS yang cenderung lebih mengikutsertakan masyarakat sebagai pengelola pendidikan lebih sejalan dengan semangat OTDA. Namun MBS sebagai “model untuk” tidak dengan sendirinya berjalan dengan baik, namun ada banyak pekerjaan yang perlu dicari solusinya.
Prayoga dalam tulisan berjudul analisis dampak implementasi kebijakan otonomi pendidikan dalam kerangka otda mengemukakan bahwa “ternyata kalau dilihat dari segi sistematikanya, isi, dan tujuan dari UU otda dalam pendidikan sudah mencirikan suatu system hukum yang demokratis”, tetapi ketidaksiapan masyarakat menerima kenyataan dari otonomi pendidikan adalah dengan naiknya biaya pendidikan, perubahan menejerial/administrasi, terbentuknya dewan sekolah sebagai legislator, menurunnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah dalam penanganan dunia pendidikan dan menurunya respon masyarakat terhadap partisipasi dalam pendidikan.
Pola pengaturan atau pengelolaan pendidikan di Negara kita ini terkesan membingungkan. Dalam tulisan Ki Supriyoko tentang “pembunuhan sekolah swasta” mengemukakan alasan logis tentang nasib sekolah swasta yang tencam gulung tikar akibat kebijakan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan menggratiskan sekolah. Tentunya hal itu menjadikan banyak orang tua yang mmengirimkan anak ke sekolah negeri, akibatnya swasta kekurangan murid, ini bisa terjadi terutama di pedesaan dan daerah miskin. Karena memang disaat ekonomi yang kurang bagus pilihan rasional adalah pertimbangan motif ekonomi. Dan motif mutu/ kualitas bukan merupakan pertimbangan yang lebih penting.
Pola yang dipakai eropa-inggris pengaturan dilakukan oleh pemerintah dan swasta diberi kesempatan mengelola tetapi dibatasi untuk yang diatas standar, hasilnya banyak dilirik dunia. Pola yang berbeda seperti di USA pengelolaan pendidikan di serahkan masyarakat dan sekolah tidak ada yang gratis karena diserahkan swasta, adan hasilnya banyak sekolah swsta yang bermutu dilirik oleh dunia. Inilah model yang diametric ada dan punya karakteristik masing-masing. Kemudian di Indonesia masih belum jelas akibat kebijakan. Mana yang dipilih? sementara ada sekolah gratis tapi sampai pendidikan dasar, masih perlu ditanyakan tentang anggaran dalam dunia pendidikan kita apakah mampu menggratiskan dalam jangka panjang? Nah ini perlu dikaji
Pola menejemen ini berubah maka kurikulum sebagai alat pembentuk siswa juga harus disesuaikan. Amir Daien I(1973) kurikulum dapat diartikan sebagai pengalaman –pengalaman belajar yang di peroleh anak di bawah asuhan sekolah. Selanjutnya kurikulum sebagai alat pembentuk harus disesuikan dengan tujuan pendidikan. maka
Kurikulum berbasis kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi maupun hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. menurut pusat kurikulum (2002) seperti ditulis Sudarno bahwa sasaran akhir dari KBK adalah perubahan perilaku (performance) pada siswa. Mereka belajar tidak semata-mata utuk tahu(to know) tapi juga untuk diterapkan dalam masyarakat apa yang didapat (to be) akhirnya bias membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmonis( to life together). Ini berbeda denga kurikulum berbasis pengetahuan yang cenderung berorientasi pada untuk tahu(to know).
Kurikulum berbasis pengetahuan diibaratkan siswa itu sebagai wahana untuk diisi, guru yang aktif dan dominant sedangkan siswa lebih pasif dan dikesankan tidak tahu apa-apa yang selalu diisi. Orintasi pendidikan pun berupa learning to know.
2.3 Fungsi lembaga pendidikan dan kasus ijasah
Setiap WNI punya hak yang sama untuk mendapat pendidikan. Dan pendidikan adalah keniscayaan karena memang melalui pendidikan seseorang bisa dewasa dalam menghadapi segala permasalahan. Sebuah lembaga Pendidikan didalamnya ada kurikulum yang berupa alat membentuk siswa sesuai tujuan nasional. Tentunya ini lembaga pendidikan ini sebagai tempat pembentukan generasi muda yang diharapkan mampu dan dewasa dalam segala hal dalam menyikapi hidup ini.
Namun seiring denagn perkembangan jaman maka orientasi dan alasan orang mencari dan memilih tampat/ lembaga pendidikan pun juga sedikit banyak dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Permintaaan pasar yang disini kita maksudkan dunia kerja yang selalu menuntut “job description” yang tepat sesuai profesionalisme pendidikan orang. Dalam pendelegasian pekerjaan “right man on the right place” adalah tuntutan perusahaan agar dapat mencapai efisiensi.
Kita bisa katakan bahwa satu sebab bisa menimbulkan pluralitas akibat, maka tuntutan-tuntutan seperti itu menjadikan praktik-praktik yang cenderung kurang menghargai proses pendidikan. Dunia kerja yang lebih menghargai formalitas hasil pendidikan, dimanfaatkan lembaga pendidikan untuk menarik keuntungan. Artinya untuk mendapatkan ijazah sebagai orientasi yang banyak dicari orang, terkadang dengan mudah bisa di”atur”. Dari kompas.com diberitakan Koordinator Kopertis Wilayah V Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Prof Dr Budi Wignyosukarto menduga pratik pembuatan ijazah ilegal sudah berlangsung lama dan kemungkinannya sejak diberlakukan otonomi perguruan tinggi. Sebab dengan otonomi itu sejumlah PTS diduga melakukan praktik jual beli ijazah tersebut," katanya.
Memang diduga ijazah ilegal yang beredar di masyarakat mencapai sekitar 1.500 lembar yang dikeluarkan hanya dari salah satu PTS saja. Namun, jumlah itu diperkirakan masih lebih banyak lagi, karena ditengarai ada beberapa PTS yang melakukan praktik serupa yaitu mengeluarkan ijazah palsu.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dikotomi antara ilmu dan agama adalah produk warisan dari zaman kolonial belanda. Pemisahan atara imu dan agama sudah melekat pada manusia Indonesia yang kalau ditelusuri sudah ada sejak dahulu karena memang aturan hukum yang bersumber dari akal manusia terkadang ada yang bertentangan dengan hukum yang bersumber pada wahyu/ dogma agama. Jadi sejak dulu dikotomi ada dan itu lah maka model untuk dan model dari selalu berhadapan. Antara das sollen dan das sein selalu terbuka untuk dipermasalahkan. Untuk itu diperlukan harmonisasi hubungan antara ilmu dan agama. Peran Departemen Agama yaitu dengan memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum pendidikan umum dan pelajaran umum pada sekolah-sekolah agama.
Ilmu dan agama bukan lah hal yang terpisah dan kita wajib menempatkannya secara holistis karena peran keduannya mempunyai hubungan yang erat, keduanya tak bisa dipisahkan dan saling melengkapi. Manusia bebas menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi tetapi semua itu harus dibatasi oleh agama. Jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi justru menjerumuskan manusia.. Dan Tugas maanusia mencari kebenaran atau ilmu pengetahuan dibalik semua ciptaan Allah (rahasia yang terkandung didalamnya).
3.2 saran
Perlu disini saya sampaikan saran
Pendidikan akan menemukan bentuknya jika dikotomi hilang dan pengelolaan pendidikan disesuaikan kebutuhan dan selalu melihat kondisi riil masyarakat.
Diperlukan harmonisasi hubungan antara ilmu dan agama. Peran Departemen Agama yaitu dengan memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum pendidikan umum dan pelajaran umum pada sekolah-sekolah agama yang harus proporsional. Karena memang pendidikan moral masyarakat kita perlu mendapatkan segera terapi pencerahan.
Perlu ditindak sesuai prosedur hukum yang berlaku kepada Lembaga pendidikan yang mengeluarkan ijazah palsu.
Daftar pustaka
o Daein I, Amir; Pengantar Ilmu Pendidikan sebuah tinjauan teoritis filosofis; (F Ilmu Pendidikan FKIP Malang; 1973)
o Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1989)
o Dharma Agus,(2003). Manajemen Berbasis Sekolah
o John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1992)
o Kuntjaraningrat; Pengantar ilmu Antroplogi (Jakarta: Rinekacipta, 1979)
o Sairin, safri, Perubahan social masyarakat Indonesia (Yogyakarta; Pustaka pelajar; 2002)
o Sudarno;MIIPS (UNS;2004) dalam artikel ilimah yang berjudul kurikulum berbasis kompertensi:sebuah refleksi
o SKIM IX-2005 UNPAD-UKM Simposium kebudayaan Indonesia dan Malaysia; Prayoga; analisis dampak implementasi kebijakan otonomi pendidikan dalam kerangka otda
o Rusydi; Wacana dikotomi llmu dalam Pendidikan Islam dan pengaruhnya (2009)
o http://Klub Guru Indonesia e-journal ilmiah “Ki Supriyoko tentang “pembunuhan sekolah swasta”
o http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/10/dikbud/diko09.htm
o http://edukasi.kompas.com/read/xml/209/01/17/17191283/
o http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/mana jemen_berbasis_sekolah.htm
DIKOTOMI PENDIDIKAN DAN TAFSIR STRUKTURALISME
(Sebuah tinjauan antropologis)
1.1 Latar belakang masalah
Pendidikan merupakan kunci untuk menapaki masa depan. Pendidikan menjadi penting artinya karena melalui pendidikanlah yang menetukan arah kehidupan melalui proses pembelajaran antar generasi. Melaui proses sosialisasi, enkulturasi di dalam institusi primer yaitu dalam keluarga. Dari situlah proses pewarisan unsur budaya dalam hal ini adalah pembelajaran dilakukan pertamakali. Di dalam literature ilmu social disebutkan bahwa kebudayaan didefinisikan sebagai suatu keseluruhan system ide, system sosial, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia melalui proses belajar. Ini berarti kunci pokok dari kehidupan manusia itu terletak dari adanya proses belajar.
Sedemikian pentingnya pendidikan ini dalam hidup, maka pendidikan selalu menjadi ranah selalu hangat untuk diperbincangkan..Hal yang menarik lagi dalam diskursus mengenai tema besar ini adalah pijakan akar budaya dan historisitas dari perkembangan pendidikan di Indonesia. Suatu kondisi yang tidak boleh tidak ada seandainya kita mau meneliti tentang perkembangan pendidikan di negeri kita ini adalah faktor kesejarahan. Bagaimanapun juga sejarah warisan colonial Belanda turut membentuk wajah pendidikan kita.
Kalau kita perhatikan, dari jaman kolonial sampai sekarang ada tendensi yang mengarah pada pola akibat bentukan budaya yang mengakar kuat. Fenomena pembagian menjadi dua bagian antara negeri dan swasta, umum dan agama, sentralistik dan desentralisasi, menejemen berbasis sekolahan dan menejemen berbasis pusat, kurikulum berbasis kompetensi dan kurikulum berbasis pengetahuan, kesemuanya itu lebih kita tempatkan sebagai fakta.
Melalui makalah ini, saya berusaha mengungkapkan wajah pendidikan di negeri kita ini, yang penuh dengan masalah yang sebenarnya merupakan fenomena budaya yang unik. Melaui pendekatan deskriptif-historis, saya berusaha mengungkapkannya, menggambarkan permasalahan yang saya angkat. Dalam tugas saya ada banyak tema besar yang secara eksplisit dipaparkan yang saya kategorikan sebagai permasalahan yang pertama yaitu dikotomi, kedua masalah menejemen, dan yang terakhir masalah dampak yang muncul dari fungsi lembaga pendidikan. Dan ketiga tema besar tadi tentunya membutuhkan waktu lama untuk meneliti yang lebih radikal. Saya disini, hanya akan menyampaikan wajah/ potretnya yang penting sebagai bahan renungan dan tindakan lebih lanjut.
1.2. Rumusan masalah
Yang menjadi pokok pembicaraan dalam makalah saya adalah:
1. Bagaimana dikotomi yang ada dalam pendidikan kita muncul baik itu negeri-swasta, umum-agama, umum-kejuruan?
2. Bagaimana fungsi menejerial dalam pendidikan berlangsung?
BAB 2 PEMBAHASAN
(fenomena dikotomi dan perubahan menejerial dalam dunia pendidikan)
2.1 Dualisme sebagai akibat dari akar budaya
Skema yang perlu saya paparkan untuk memudahkan analisa, saya sajikan dalam bentuk oposisi biner(oposisi berpasangan).
Umum: agama
Wacana dikotomi bukanlah persoalan kontemporer tetapi tumbuh sejak lama yang punya historisitas yang panjang sejak lahirnya peradaban manusia pun telah ada pemisahan antara yang benar dan salah yang hak dan yang batil. Sejarah pendidikan kita sekarang tidak bisa lepas dari sitem pendidikan islam dan sistem pendidikan yang berasal dari warisan kolonial Belanda. Hal itu dikarenakan pendidikan islam di Indonesia telah ada sebelum adanya pendidikan formal Belanda. bisa kita lihat adanya pesantren yang tumbuh sebelum adanya pendidikan “barat”. Melaui media pesantren tersebut di sana dipakai untuk sarana pembelajaran untuk transfer nilai-nilai islam. Mereka mendakwahkan ajaran agama kepada masyarakat dan sekaligus sebagai alat perjuangan. Itu bisa kita lihat pejuang-pejuang dari kalangan santri atau pesantren yang gugur demi tegaknya kedaulatan Negara kita.
Kalau kita perhatikan ada pola budaya bentukan colonial Belanda yang turut menentukan dinamika pendidikan kita. Ada steriotipe barat yang menganggap orang di luar Eropa pada waktu itu masih bersifat promiskuitas, barbarism, savagery dll. Hal itu menjadikan adanya system klasifikasi yang mengarah rasism. Dan akibatnya di Indonesia pun ada system kelas yang dibentuk Belanda. Orang Bumi putra demikian kita di golongkan. Hal itu berlajut kedalam klasifikasi yang merugikan.
Akibat dari system kelas tersebut pengaruhnya terhadap pendidikan orang bumi putra adalah hanya golongan bangsawan/ priyayi yang bisa bersekolah di sekolah Belanda. Dalam sebuah artikel dikatakan anak-anak yang bisa masuk sekolah Belanda sebelum kemerdekaan hanya 6% dan terbatas bagi anak-anak kaum bangsawan dan saudagar. Dan tentunya inilah awal babak baru yang menggiring kita akan pemahaman adanya dikotomi antara umum dan agama. Bagi rakyat bukan golongan priyayi pilihan tidak lain adalah pendidikan pesantren- yang berarti lebih bernuansa islam. Itu artinya diskriminasi tersebut membuat mobilitas social seseorang terbelenggu oleh system. Hanya orang tertentu yang diberikan akses untuk menempuh pendidikan “barat” (umum). Kondisi pesantren mendapat tekanan dan pendidikan islam memisahkan diri karena tekanan politik, agama dan social budaya.
Setelah merdeka pun dikotomi umum-islam masih tetap berlanjut, dan bahkan ada anggapan pendidikan islam terkesan di nomor duakan, kualitas lulusannya tidak sebagus yang dari umum, dll yang semuanya mengesankan pendidikan islam ada dalam “kelas nomor dua”. Dan sekarang kesempatan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi seluruh Warga Negara Indonesia dijamin oleh konstitusi. Namun dikotomi antara umum-islam tidak serta merta hilang seiring dengan penjaminan oleh konstitusi.
Kalau kita mengacu pada skema teoritis dari Clifford Gertz seorang Antropolog yang banyak mencurahkan perhatian pada kebudayaan bali dan jawa, yang membuat kerangka acuan “model untuk dan model dari”. Dengan memakai kerangka acuan tersebut, kita bisa memjelaskan struktur pola di mana “model untuk” sebagai model acuan, harapan yang seharusnya dilakukan( das sollen) sedangkan “model dari” merupakan model yang terjadi/ kenyatan yang ada di masyarakat( das sein). Pendidikan islam kalau mengacu model untuk, pada waktu itu sangat berperan sebagai ajang membentuk pribadi yang cerdas, dan siap berjuang dan bertaqwa kepada Allah SWT yang menurut Safri Sairin (2002) kualitas lulusan ditentukan kiprahnya dalam masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman pendidikan tradisional seperti pendidkan pesantren/ surau mulai ditinggalkan. Hal itu disebabkan oleh dorongan-dorongan seperti keinginan untuk mendapatkan posisi pemerintahan, karir politik, dunia kerja/ swasta, dll yang merupakan “model dari” yang merupakan realita yang membutuhkan formalitas pendidikan.
Kalau kita kembalikan ke “model untuk” maka pendidikan islam dan yang umum mengalami perubahan orientasi. Orientasi yang berkembang sekarang adalah mengarah ke pemenuhan “pasar kerja”. Pasar kerja tersebut merupakan “model dari” karena pasar kerja merupakan realita di lapangan. Hal itu berimplikasi pada kualitas lulusan yang menurut Safri sairin lebih ditentukan oleh sistem nilai akademis, apakah dia “berkualitas” seperti harapan yang ada dalam “model untuk” atau tidak,tergantung pada pribadi yang bersangkutan.
Pada awalnya Pendidikan Islam memang dimaksudkan sebagai representasi dari “model untuk” yaitu jika seseorang yang telah mendapatkan ilmu dari ustad/ gurunya, maka ia berkewajiban “amar ma’ruf nahi munkar” ( mengajak pada kebaikan dan mencegah kesalahan/ berbuat munkar) artinya ia wajib menyampaikan ilmu agama dari ajaran islam yang dogmanya merupakan “model untuk” bagi seluruh umat di dunia. Ini berarti bisa dikatakan pendidikan islam untuk membentuk juru dakwah. Berkembangnya sekolah-sekolah seperti madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah bahkan Institut Agama Islam, karena alasan permintaan pasar maka ada tendensi yang mengarah ke pasar kerja. Hal ini bisa dikatakan “model untuk” menjadi alasan bukan yang utama berubah ke arah “model dari” yang menjadi alasan utama, sehingga permasalahan yang menyangkut jual beli ijasah illegal dalam dunia pendidikan kita pada umumnya bisa dapatkan titik temu, dari logika pemecahan masalah tersebut diatas. Perubahan orientasi pasar kerja membuat pendidikan dijadikan orientasi masyarakat untuk mengejar ijazah. Ijazah menjadikan alat untuk mobilitas social ke atas, karena memang pasar kerja menghendaki pendidikan formal sebagai syarat kualifikasi setiap ada proses penerimaan karyawan/ pegawai. Hal itulah yang memunculkan praktik jual beli ijazah.
Diakui atau tidak perlakuan-perlakuan yang berbeda dan dikotomi dalam pendidikan berdampak yang tidak baik. Keterlibatan Departemen Agama untuk mengatur sekolah yang islam adalah suatu yang seharusnya, sebab kalau tidak sekolah-sekolah akan berjalan tanpa arah yang jelas. Konsep konpergensi telah ditelorkan oleh DEPAG yaitu satu pihak memasukkan pelajaran umum dalam kurikulum sekolah agama. Yang diikuti dengan dikeluarkan surat keputusan menteri pendidikan, mentri agama dan mendagri tentang peningkatan mutu pendidikan madrasah juga menjadi usaha untuk menghilangkan dikotomi pendidikan di Indonesia.
Negeri: swasta
Bahkan lebih ironis lagi pemisahan tersebut jelas dengan sekolah yang berlabel negeri dan swasta. Banyak orang tua yang antusias ingin menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang negeri. Dunia kerjapun selalu melirik lulusan yang berlabel negeri. Hal itu tidak bisa dipungkiri karena sejarah telah membentuk demikian, sebagai contoh adanya ikatan dinas bagi sekolah berplat ”merah” ini setelah lulus langsung mendapatkan posisi bagus di lingkup instansi Negara, dll. Sementara yang swasta harus berkompetisi hanya untuk bisa survive di pasaran tetapi itupun hanya di level bawah dan lingkupnya lebih banyak sector swasta.
Menurut Nasution dalam bukunya sosiologi pendidikan(2004) mengemukakan alasan orang melanjutkan pendidikan yaitu; alasan mendapat pekerjaan, memberikan ketrampilan dasar, sebagai alat mobilitas social, menyediakan tenaga pembangunan, membantu menyelesaikan masalah social, transmisi kebudayaan, membentuk manusia yang social dan alasan transformasi budaya. Alasan seperti itulah yang mendorong orang menjatuhkan pilihan ke sekolah yang dianggap mampu menjamin kehihupan dunianya. Ini pilihan logis dari masyarakat yang tengah berada di era persaingan yang tentunya motifasinya ingin naik anak tangga ke kelas yang lebih tinggi dan keberadaan masyarakat kita yang penuh dengan “simbolisme”. Artinya konsumsi symbol banyak di buru oleh masyarakat kita hanya untuk sekedar ingin mendapat “cap” yang menunjukkan identitas kita terhadap kelompok yang lain.
Penyelenggara pendidikan swasta, kalau kita tilik sejarah juga punya andil besar dan telah ada sebelum RI ini berdiri, sebut saja Muhammadiyah, Tamansiswa, dll. Kiprah mereka di kancak politik, social budaya juga besar misalnya bisa kita ingat dari pergerakan nasional dulu. Kalau kini harus mencerdaskan anak bangsa, itu memang tujuan kita bersama yang termaktub dalam pembukaan UUD sebagai tujuan nasional, tetapi kalau kita lihat tidak sedikit sekolah swasta yang mendapatkan peserta didik yang terkesan”lengseran”dari sekolah negeri. Swasta mendapat siswa menunggu pengumuman yang negeri itulah realita yang berkembang. Artinya peserta didik kalaupun harus dikategorikan atau dibuat pemeringkatan maka yang sekolah negeri tentunya mendapatkan anak didik yang punya “kemampuan, bakat dan juga tingkat kecerdasan” yang lebih bagus. Harapan kita adanya langkah yang proposional dalam memberikan perhatian entah itu fasilitas, kesempatan yang sama dalam hal apapun maupun dalam hal lain.Nah, inilah yang perlu harus dibenahi dikotomi ini harus dihilangkan karena memang memisahkan.
Bahwa ilmu dan agama bukan sesuatu yang harus dipisahkan, tetapi lebih pada saling mengisi. Enstain seorang ahli fisika mengemukakan “ilmu tanpa agama adalah buta”. jadi semua punya titik temu yang mengarah pada dogma agama sebagai muaranya. Ilmu pegetahuan bermuara ke filsafat dan filsafat sebagai mother of secience “induknya ilmu bermuara ke agama. Jadi ilmu bukanlah semata-mata otoritas duniawi yang berbeda dengan agama yang dipandang berorientasi akherat. Ini pemahaman yang salah dan harus di luruskan bahwa ilmu itu adalah upaya akal untuk mengenal gejala alam yang tentunya sebagai cara mengenal keagungan Allah.
2.2 Kebijakan pemerintah dan perubahan menejerial pendidikan
Sebelum kita analisa kita buatkan bagan oposisi biner untuk memudahkan kita memahami
Sentralisasi : Desentralisasi
Menejemen Berbasis Pusat : Menejemen Berbasis Sekolah
Kurikulum berbasis pengetahuan : kurikulum berbasis kompetensi
Opisisi yang saling berhadapan diatas dalam pandangan atau paradigma strukturalisme sangat berarti, karena satu menjadi penting atau berarti karena ada yang lain yang yang menjadikan punya arti. Untuk penjelasannya sbb:
Undang-Undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah RI No.25 tentang Kewenangan Pemerintah (Pusat) dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom adalah sebagai dasar hukum telah memicu perubahan mendasar tentang pola pegelolaan pendidikan. Di era otonomi daerah ini, otonomi pendidikan yang kemudian bisa kita sebut Manejemen Berbasis Sekolah dipandang sebagai system pendidikan yang ideal. Tentunya pengelolaan menjadi hal yang sudah pasti berubah. perubahan terjadi karena menejemen berbasis pusat/ sentralistik menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja sekolah. Menejemen berbasis pusat bahwa masyarakat lebih dijadikan obyek yang selalu menerima karena segala aturan bersumber pada pusat. System ini bisa dikatakan dengan melalui garis komando top-down. Masyarakat dalam keterlibatannya bersifat pasif. Maka dikeluarkan lah pola menejemen baru yaitu manajemen berbasis sekolah (MBS).
Isi penting dari MBS adalah otonomi sekolah plus pengambilan keputusan partisipatif. Otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Pengambilan keputusan partisipatif adalah cara mengambil keputusan yang melibatkan kelompok-kelompok kepentingan sekolah, terutama yang akan melaksanakan keputusan dan yang akan terkena dampak keputusan. Karena sifat itu maka MBS lebih merupakan pendekatan bottom-up. Tujuan MBS adalah untuk memandirikan/ memberdayakan sekolah demikian bahwa MBS yang cenderung lebih mengikutsertakan masyarakat sebagai pengelola pendidikan lebih sejalan dengan semangat OTDA. Namun MBS sebagai “model untuk” tidak dengan sendirinya berjalan dengan baik, namun ada banyak pekerjaan yang perlu dicari solusinya.
Prayoga dalam tulisan berjudul analisis dampak implementasi kebijakan otonomi pendidikan dalam kerangka otda mengemukakan bahwa “ternyata kalau dilihat dari segi sistematikanya, isi, dan tujuan dari UU otda dalam pendidikan sudah mencirikan suatu system hukum yang demokratis”, tetapi ketidaksiapan masyarakat menerima kenyataan dari otonomi pendidikan adalah dengan naiknya biaya pendidikan, perubahan menejerial/administrasi, terbentuknya dewan sekolah sebagai legislator, menurunnya tingkat kepercayaan terhadap pemerintah dalam penanganan dunia pendidikan dan menurunya respon masyarakat terhadap partisipasi dalam pendidikan.
Pola pengaturan atau pengelolaan pendidikan di Negara kita ini terkesan membingungkan. Dalam tulisan Ki Supriyoko tentang “pembunuhan sekolah swasta” mengemukakan alasan logis tentang nasib sekolah swasta yang tencam gulung tikar akibat kebijakan pemerintah yang mengeluarkan kebijakan menggratiskan sekolah. Tentunya hal itu menjadikan banyak orang tua yang mmengirimkan anak ke sekolah negeri, akibatnya swasta kekurangan murid, ini bisa terjadi terutama di pedesaan dan daerah miskin. Karena memang disaat ekonomi yang kurang bagus pilihan rasional adalah pertimbangan motif ekonomi. Dan motif mutu/ kualitas bukan merupakan pertimbangan yang lebih penting.
Pola yang dipakai eropa-inggris pengaturan dilakukan oleh pemerintah dan swasta diberi kesempatan mengelola tetapi dibatasi untuk yang diatas standar, hasilnya banyak dilirik dunia. Pola yang berbeda seperti di USA pengelolaan pendidikan di serahkan masyarakat dan sekolah tidak ada yang gratis karena diserahkan swasta, adan hasilnya banyak sekolah swsta yang bermutu dilirik oleh dunia. Inilah model yang diametric ada dan punya karakteristik masing-masing. Kemudian di Indonesia masih belum jelas akibat kebijakan. Mana yang dipilih? sementara ada sekolah gratis tapi sampai pendidikan dasar, masih perlu ditanyakan tentang anggaran dalam dunia pendidikan kita apakah mampu menggratiskan dalam jangka panjang? Nah ini perlu dikaji
Pola menejemen ini berubah maka kurikulum sebagai alat pembentuk siswa juga harus disesuaikan. Amir Daien I(1973) kurikulum dapat diartikan sebagai pengalaman –pengalaman belajar yang di peroleh anak di bawah asuhan sekolah. Selanjutnya kurikulum sebagai alat pembentuk harus disesuikan dengan tujuan pendidikan. maka
Kurikulum berbasis kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi maupun hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan sumberdaya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. menurut pusat kurikulum (2002) seperti ditulis Sudarno bahwa sasaran akhir dari KBK adalah perubahan perilaku (performance) pada siswa. Mereka belajar tidak semata-mata utuk tahu(to know) tapi juga untuk diterapkan dalam masyarakat apa yang didapat (to be) akhirnya bias membentuk sikap hidup dalam kebersamaan yang harmonis( to life together). Ini berbeda denga kurikulum berbasis pengetahuan yang cenderung berorientasi pada untuk tahu(to know).
Kurikulum berbasis pengetahuan diibaratkan siswa itu sebagai wahana untuk diisi, guru yang aktif dan dominant sedangkan siswa lebih pasif dan dikesankan tidak tahu apa-apa yang selalu diisi. Orintasi pendidikan pun berupa learning to know.
2.3 Fungsi lembaga pendidikan dan kasus ijasah
Setiap WNI punya hak yang sama untuk mendapat pendidikan. Dan pendidikan adalah keniscayaan karena memang melalui pendidikan seseorang bisa dewasa dalam menghadapi segala permasalahan. Sebuah lembaga Pendidikan didalamnya ada kurikulum yang berupa alat membentuk siswa sesuai tujuan nasional. Tentunya ini lembaga pendidikan ini sebagai tempat pembentukan generasi muda yang diharapkan mampu dan dewasa dalam segala hal dalam menyikapi hidup ini.
Namun seiring denagn perkembangan jaman maka orientasi dan alasan orang mencari dan memilih tampat/ lembaga pendidikan pun juga sedikit banyak dipengaruhi oleh kekuatan pasar. Permintaaan pasar yang disini kita maksudkan dunia kerja yang selalu menuntut “job description” yang tepat sesuai profesionalisme pendidikan orang. Dalam pendelegasian pekerjaan “right man on the right place” adalah tuntutan perusahaan agar dapat mencapai efisiensi.
Kita bisa katakan bahwa satu sebab bisa menimbulkan pluralitas akibat, maka tuntutan-tuntutan seperti itu menjadikan praktik-praktik yang cenderung kurang menghargai proses pendidikan. Dunia kerja yang lebih menghargai formalitas hasil pendidikan, dimanfaatkan lembaga pendidikan untuk menarik keuntungan. Artinya untuk mendapatkan ijazah sebagai orientasi yang banyak dicari orang, terkadang dengan mudah bisa di”atur”. Dari kompas.com diberitakan Koordinator Kopertis Wilayah V Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Prof Dr Budi Wignyosukarto menduga pratik pembuatan ijazah ilegal sudah berlangsung lama dan kemungkinannya sejak diberlakukan otonomi perguruan tinggi. Sebab dengan otonomi itu sejumlah PTS diduga melakukan praktik jual beli ijazah tersebut," katanya.
Memang diduga ijazah ilegal yang beredar di masyarakat mencapai sekitar 1.500 lembar yang dikeluarkan hanya dari salah satu PTS saja. Namun, jumlah itu diperkirakan masih lebih banyak lagi, karena ditengarai ada beberapa PTS yang melakukan praktik serupa yaitu mengeluarkan ijazah palsu.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dikotomi antara ilmu dan agama adalah produk warisan dari zaman kolonial belanda. Pemisahan atara imu dan agama sudah melekat pada manusia Indonesia yang kalau ditelusuri sudah ada sejak dahulu karena memang aturan hukum yang bersumber dari akal manusia terkadang ada yang bertentangan dengan hukum yang bersumber pada wahyu/ dogma agama. Jadi sejak dulu dikotomi ada dan itu lah maka model untuk dan model dari selalu berhadapan. Antara das sollen dan das sein selalu terbuka untuk dipermasalahkan. Untuk itu diperlukan harmonisasi hubungan antara ilmu dan agama. Peran Departemen Agama yaitu dengan memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum pendidikan umum dan pelajaran umum pada sekolah-sekolah agama.
Ilmu dan agama bukan lah hal yang terpisah dan kita wajib menempatkannya secara holistis karena peran keduannya mempunyai hubungan yang erat, keduanya tak bisa dipisahkan dan saling melengkapi. Manusia bebas menuntut ilmu dan mengembangkan teknologi tetapi semua itu harus dibatasi oleh agama. Jangan sampai ilmu pengetahuan dan teknologi justru menjerumuskan manusia.. Dan Tugas maanusia mencari kebenaran atau ilmu pengetahuan dibalik semua ciptaan Allah (rahasia yang terkandung didalamnya).
3.2 saran
Perlu disini saya sampaikan saran
Pendidikan akan menemukan bentuknya jika dikotomi hilang dan pengelolaan pendidikan disesuaikan kebutuhan dan selalu melihat kondisi riil masyarakat.
Diperlukan harmonisasi hubungan antara ilmu dan agama. Peran Departemen Agama yaitu dengan memasukkan pendidikan agama kedalam kurikulum pendidikan umum dan pelajaran umum pada sekolah-sekolah agama yang harus proporsional. Karena memang pendidikan moral masyarakat kita perlu mendapatkan segera terapi pencerahan.
Perlu ditindak sesuai prosedur hukum yang berlaku kepada Lembaga pendidikan yang mengeluarkan ijazah palsu.
Daftar pustaka
o Daein I, Amir; Pengantar Ilmu Pendidikan sebuah tinjauan teoritis filosofis; (F Ilmu Pendidikan FKIP Malang; 1973)
o Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka, 1989)
o Dharma Agus,(2003). Manajemen Berbasis Sekolah
o John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia Jakarta : PT. Gramedia Utama, 1992)
o Kuntjaraningrat; Pengantar ilmu Antroplogi (Jakarta: Rinekacipta, 1979)
o Sairin, safri, Perubahan social masyarakat Indonesia (Yogyakarta; Pustaka pelajar; 2002)
o Sudarno;MIIPS (UNS;2004) dalam artikel ilimah yang berjudul kurikulum berbasis kompertensi:sebuah refleksi
o SKIM IX-2005 UNPAD-UKM Simposium kebudayaan Indonesia dan Malaysia; Prayoga; analisis dampak implementasi kebijakan otonomi pendidikan dalam kerangka otda
o Rusydi; Wacana dikotomi llmu dalam Pendidikan Islam dan pengaruhnya (2009)
o http://Klub Guru Indonesia e-journal ilmiah “Ki Supriyoko tentang “pembunuhan sekolah swasta”
o http://www.kompas.com/kompas-cetak/0108/10/dikbud/diko09.htm
o http://edukasi.kompas.com/read/xml/209/01/17/17191283/
o http://www.depdiknas.go.id/Jurnal/27/mana jemen_berbasis_sekolah.htm
Langganan:
Postingan (Atom)