Jumat, 01 Januari 2010

apresiasi seni dari kaum marjinal

Sebuah apresiasi seorang dalam liminalitas tak berdaya dan butuh segmentasi berupa ruang pelepas penat, ekspresi suka duka, dan pencerahan
Oleh : supriyadi

(arkhasosiety@yahoo.co.id)
Sebuah pengharapan 1

Bunga harum
Bunga melati
Menebar wangi hanya bertahan semusim

Bunga idaman
Bunga desa
Cantik, menarik hanya bertahan seusia

Bunga harapan
Bunga bangsa
Dikenang, dibangga sepanjang masa

___________oleh: arkha, 2005_________

Coba dewasa

Gadis kecil
Mengenal dewasa
Lewat lensa
Menggila.
___________oleh: arkha, __________

Arti bersahabat

Persahabatan yang tak membedakan
Jujur antara mata dan hati
Bersahaja

___________oleh: arkha, __________

Sebuah pengaharapan 2

Gadisku kelak
Aku tak menuntutmu banyak
Hanya Satu
Jadilah, gadis yang seperti ini……..


Itulah harapan ku
___________oleh: arkha, __________

Emosi agama

Tak terbayang
Kegilaan yang berarti pada seorang hamba
Siraman air surga
Meresap, menngetarkan relung jiwa

Emosi agama
Ketakutan pada tuhan atau,
Ketakutan pada dunia
Suasana gaduh jadi tontonan sakral
Jemari bergetar mengiringi ayat suci
Berhenti pada satu suara
Kebinasaan akal dan pemerkosaan hak
Adilkah itu semua?
Mereka bergeming melempar muka.

__________oleh: arkha, __________

Muka dua

Putih bersih
Bersih dari putih
Dua wajah
Tipu daya
murung
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________

Senyum pelangi

Melintas dalam titik-titik air
Kiblatku terarah
Pasrah
Meninggalkan senyum damai
Pergi bersama mentari
Aku tak berkehendak
. ___________oleh: arkha, Bandung, jan 02__________

Sebuah ikatan

Sepasang muda-mudi
Berjalan dalam gelap malam
Jemari terpaut
Disela jemari
Menepi dalam kesunyian
Berlabuh di dermaga cinta
Malam seribu janji
___________oleh: arkha, Bandung, mar 02___________

Jauh dari nyata

Satu kata tak terucapkan
Isyarat makna tertanggalkan
(jauh tinggi mengepakkan sayap)
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________

Dikala senja

Mentari terbenan
Keramaian dikala hening
Semarak
___________oleh: arkha, Bandung, mei 02___________

Self determination

Hidupku untuk diriku
Memang egois
Tapi adamu tak lepas dari diriku
Sebagai pemanis jalanku kelak

Tak seorangpun yang mengerti aku
Tak seorangpun yang bisa menolongku
Kecuali aku dan seorang sosok yang bukan manusia lagi disini

Hidupku yang selalu tersenyum
Dan membahagiakan dunia mu
bukan untuk kamu
tapi untuk diriku
itu semua hany percikan dari kehidupanku kelak

hidupku yang ingin selalu menangis dan sendiri
bukan karena kamu
tapi untuk sekedar ngobrol dan berbagi denagan masa laluku
dan hukumanku yang kelak aku rasa

mengertilah
mengertilah
mengertilah
pedulimu aku hargai
dan aku berhak memilih
___________oleh: arkha, Bandung, 11 juni 02___________

Aku ingin pulang

Ketika burung menyanyi
Menertawakan pagiku yang malas
Melantunkan suara dalam keceriaan

Ketika burung tak lelah mengepakkan kedua sayap
Langkah kakiku tetap tak beranjak
Puluhan mil terlampaui
Aku masih disini

Aku bosan100 …………………..
___________oleh: arkha, Bandung, juni 02___________

Pisah

Runyam
Hati bersemayam dipadang tandus
Layu

Adakalanya
Berhenti mencela……..
Sumbang

Kacau
Dari kata yang membinasakan asa
Merah
Berjalan dua arah

___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________

Kehadirannya menutup jumpa

Jika suatu saat nanti
Jiwaku tidak nyaman lagi dalam ragaku
Yang kini tengah tak berdaya
Dengan sendirinya hak hidupku dicabut

Sekembalinya
Aku hanya sekedar materi tak berguna
Yang meninggalkan cacian makian
Tangiusan kalaupu ada

Ku buat noktah mengisi tabula rasa
___________oleh: arkha, Bandung,13 juli 02___________

Masih adakah??????

Dan masih adakah setetes embun
Yang mampu mendinginkan suasana?
Dan masih adakah seberkas cahaya
Yang mampu menerangi jalan?
Dan masih adakah rasa cinta
Yang mampu menahan air mata?
Dan masih adakah canda tawa
Yang mampu memecahkan kesepian
Saat ada yang hilang dimata kita?
Dan masih adakah senyum dari bibir merah
Yang mampu menentramkan jiwa, yang bekerja mengetuk jendela cinta?
Dan masih adakah kat hina
Yang masih kau tuduhkan padaku?
Dan masih adakah keinginan
Yang berusaha menjauhkan impian dariku?
Dan masih adakah pintu maaf bagimu
Yang mapu membersihkan kealahan?
Dan masih adakah jiwaku berada untuh tanpa pilar hasrat dan ambisi tak berarti
___________oleh: arkha, Bandung,29 agst 02___________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar