TOKOH-TOKOH
NASIONAL DAN DAERAH DALAM MEMPERJUANGKAN KEMERDEKAAN
KD
3.6 Menganalisis peran
tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia
4.6 Menulis sejarah tentang satu
tokoh nasional dan tokoh dari daerahnya yang berjuang melawan penjajahan
TUJUAN
Setelah
mempelajari materi ini peserta dididk
diharapkan mampu memahami peran tokoh-tokoh nasional dan daerah dalam
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mampu Menulis sejarah tentang satu tokoh
nasional dan tokoh dari daerahnya yang berjuang melawan penjajahan
Materi
Kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Jepang, Belanda, dan
sekutu-sekutunya, tidak terlepas dari peran masyarakat Indonesia. Baik secara
tindakan, maupun secara gagasan. Kita mengenal banyak nama tokoh nasional.
Semua tokoh ini memiliki peran penting dalam menentukan ke mana arah bangsa
kita.
Pada artikel ini, kita akan bahas tokoh-tokoh nasional, dari gagasan dan
tindakannya dalam bidang pendidikan. Kita juga akan melihat seberapa penting
kah pendidikan dalam memperjuangkan kemerdekaan sebuah bangsa, membangun
manusia yang berkualitas, dan menentukan arah bangsa.
Oke, yang akan kita bahas di sini ada 3 tokoh ya. Ketiga tokoh ini memiliki
karakter yang hampir sama, dan ketiganya sama-sama menganggap pendidikan itu
sangat penting. Nah, tokoh-tokoh yang akan kita bahas di sini adalah..
Ada yang asing dengan nama K.H. Agus Salim? Tapi kalau sama pancasila nggak
asing doong? Nah beliau ini salah satu yang merumuskan 5 sila yang sampai
sekarang masih relevan dan menjadi pegangan arah bangsa kita ini.
Agus Salim adalah tokoh nasional yang memiliki latar belakang pendidikan
yang baik. Pendidikan dasarnya ditempuh di Europeesche Lagere School (ELS).
ELS adalah sekolah khusus anak-anak Eropa. Terus, Agus Salim melanjutkan
pendidikannya ke Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia. Karena
kecerdasannya, Agus Salim berhasil menjadi lulusan terbaik di HBS se-Hindia
Belanda pada tahun 1903. Wow. Keren kan.
Namun, prestasi dan titelnya sebagai lulusan terbaik di HBS, tetap tidak
bisa membuatnya melanjutkan studi ke luar negeri, karena ia seorang Pribumi,
tidak berdarah Eropa Murni. Kejadian ini menjadi pengalaman yang pahit bagi
Agus Salim. Sejak saat itu, ia tidak mau kalau anak-anaknya bernasib sama
dengannya.
Karena Agus Salim merasa sanggup mendidik anak-anaknya di rumah, ia tidak
memasukan anak-anaknya ke lembaga-lembaga pendidikan kolonial bentukan Belanda.
Dari 8 anak, hanya anak terakhir saja yaitu Mansur Abdurrahman Sidik yang
dimasukkan ke sekolah formal, itu juga karena Mansur lahir setelah era kolonial
Belanda di Indonesia berakhir.
Agus Salim menerapkan pola belajar yang asyik dan menyenangkan namun tetap
mendidik. Ada beberapa metode yang dilakukan Agus Salim dalam mendidik
anak-anaknya. Untuk kemampuan membaca, menulis, dan juga berhitung, metode yang
diterapkan dengan cara-cara yang santai seolah sedang bermain.
Nah kalau pelajaran sosial, sejarah, budaya, nilai-nilai budi pekerti,
diajarkannya dengan metode bercerita dan obrolan-obrolan setiap harinya. Setiap
pertanyaan yang diajukan oleh anaknya, Agus Salim selalu berusaha untuk
menjawab. Anaknya dibebaskan untuk bertanya, mengkritik, dan berpendapat
tentang apapun. Asik banget kaaan.
Hasilnya gimana? Sangat menakjubkan Squad. Karena sedari kecil anak-anak
Agus Salim sudah dibiasakan menggunakan bahasa asing, juga rutin membaca
buku-buku bahkan yang berbahasa asing, anak-anaknya tumbuh menjadi individu
yang sangat cerdas.
Contohnya Yusuf Taufik, salah satu anak Agus Salim ini pada umur 10 tahun
sudah bisa menyelesaikan buku cerita Mahabarata dalam bahasa Belanda. Bukan
cuma menyelesaikannya, Yusuf juga pandai menceritakan kisah yang ada dalam buku
tersebut. Wow. Kamu umur 10 tahun ngapain aja nih?
Metode pendidikan yang diterapkan oleh Agus Salim kepada anak-anaknya,
menunjukkan kepada kita semua, bahwa menjadi cerdas itu nggak harus dari kelas.
Asal kamu rajin membaca, berdiskusi, bercerita, dan melakukan kegiatan
produktif lainnya, bukan nggak mungkin kamu bisa kaya anak-anaknya Agus Salim.
Oh iya Squad, ada satu pepatah yang pernah dilontarkan oleh Mohammad Roem,
seorang tokoh Nasional yang bergerak bersama H. Agus Salim. Melihat Agus Salim
memimpin, Roem mengatakan kalau beliau adalah sosok pemimpin yang berani susah.
Setelah membahas K.H. Agus Salim, sekarang kita bahas satu tokoh perempuan
yang nggak kalah hebatnya dengan Agus Salim. Sosok perempuan pemberani, tegas,
cerdas, dan bercita-cita merdeka. Dia adalah...
Mungkin sebagian di antara kamu sudah nggak asing sama nama tokoh yang satu
ini. Biasanya, nama Rasuna Said sering digunakan sebagai nama jalan, terutama
di kota-kota besar. Siapa Rasuna Said sebenarnya? Memangnya apa yang telah ia
perbuat untuk Indonesia sampai-sampai namanya diabadikan?
Pada tanggal 14 September 1910, di Maninjau, Sumatra Barat, lahir seorang
perempuan. Perempuan ini perlahan tumbuh menjadi sosok yang cerdas, memiliki
pemikiran yang luas, dan tangguh dalam pendirian. Ia adalah Hj. Rangkayo Rasuna
Said. Tokoh perempuan yang memiliki peran penting terhadap Indonesia ketika
memperjuangkan kemerdekaan, terutama di bidang pendidikan dan politik.
Perjuangan utama Rasuna Said adalah persamaan hak antara laki-laki dengan
perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan. Perempuan asli Minangkabau ini
berasal dari keluarga bangsawan. Keluarganya sangat melek terhadap pendidikan.
Setelah menyelesaikan sekolah dasar,
ayahnya mengirim Rasuna Said ke pesantren yang bernama Ar-Rasyidiyah, dan
menjadi santri perempuan satu-satunya. Setelah dari Ar-Rasyidiyah, Rasuna
pindah ke Padang Panjang dan masuk ke Madrasah Diniyah Putri, sebuah Madrasah
yang didirikan oleh tokoh emansipasi wanita asal Sumatera Barat, Rahmah El
Yunusiyah.
Oh ya, Madrasah Diniyah Putri itu adalah sekolah khusus perempuan pertama
lho yang didirikan di Indonesia, tepatnya pada tahun 1923. Nah, ternyata
pemikiran yang dimiliki Rahmah El Yunusiyah ini membuat Rasuna Said tertarik
dan mulai tertarik menceburkan diri ke ranah pergerakan.
Rasuna Said kemudian bergabung dengan Soematra Thawalib dan mulai merintis
pendirian sekolah Thawalib. Setelah sekolah Thawalib berdiri, sebagai seorang
perempuan yang memperjuangkan hak pendidikan bagi para perempuan, Rasuna Said
ikut andil dan aktif mengajar di sekolah tersebut, bahkan sejak usianya masih
muda lhoo.
Kepeduliannya terhadap pendidikan nggak cuma sampai di situ. Pada tahun
1930, Soematra Thawalib melahirkan PERMI (Persatuan Muslimin Indonesia). PERMI
kemudian juga mendirikan beberapa sekolah di Bukittinggi, di antaranya sekolah
Kursus Putri dan sekolah Normal Kursus, dan Rasuna Said menjadi pemimpin
sekolah-sekolah tersebut.
Semangat dan ketegasannya dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi
perempuan, membuat Rasuna Said dikenal sebagai tokoh yang garang dan pemberani.
Ia pernah dipenjara oleh pemerintah colonial Belanda karena pidatonya, dan
tahukah kamu, kalau Rasuna Said adalah perempuan Indonesia pertama yang dibui
karena tuduhan ujaran kebencian. Ia dipenjara selama 1 tahun 2 bulan.
Jika Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk bebas dari pingitan dan
kungkungan adat, Rasuna Said menginginkan bahwa perempuan harus lebih dari itu.
Perempuan Indonesia harus ikut andil memikirkan gagasan kebangsaan, serta ikut
andil dalam perjuangan kemerdekaan.
Bagi Rasuna Said, Indonesia tidak akan pernah bisa merdeka jika para
wanitanya masih terbelakang. Kaum perempuan Indonesia wajib berpikiran maju,
seperti kaum pria. Waaaah hebat banget ya Rasuna Said Squad. Buat kamu para
perempuan, mana nih suaranyaaa?
Tokoh Nasional yang satu ini pastinya udah nggak asing lagi bagi duni kita. Tanggal kelahirannya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kenapa?
Jelas karena peran dan ide pemikirannya tentang pendidikan Indonesia.
Tokoh ini adalah Ki Hajar Dewantara, pria yang lahir di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889, dan merupakan keturunan bangsawan. Sejak kecil Ki Hajar
Dewantara sudah difokuskan untuk mengenyam pendidikan. Pertama kali ia
bersekolah di Sekolah Dasar untuk anak-anak Eropa dan juga kaum bangsawan,
yaitu ELS.
Setelah dari ELS, ia melanjutkan pendidikannya di STOVIA. STOVIA adalah
sekolah yang dibuat untuk pendidikan dokter pribumi pada masa kolonial
Hindia-Belanda, nah lokasinya itu di kota Batavia. Sampai sekarang sekolah ini
masih ada lho, tapi kalau sekarang dikenalnya sebagai fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Akan tetapi Ki Hajar Dewantara tidak menyelesaikan
sekolahnya akibat penyakit yang ia derita pada waktu itu.
Ki Hajar Dewantara juga tertarik pada dunia jurnalistik lho, ia sangat suka
menulis. Ia pernah bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, di
antaranya Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer,
Sediotomo, dan Poesara. Di berbagai media itu, ia menulis dengan sangat tajam,
beberapa kali Ki Hajar Dewantara mengkritik pemerintah kolonial Belanda dan
menunjukkan sikapnya yang anti kolonial.
Satu waktu, tepatnya bulan Juli tahun 1913, dengan nama penulis Soewardi
Soerjaningrat, ia menulis di surat kabar De Expres milik organisasi Indische
Partij (IP). Tulisannya itu berisi pesan yang tajam terhadap pemerintahan kolonial
Hindia-Belanda yang berjudul, "Als ik een Nederlander was" dalam
bahasa Indonesianya “Seandainya Aku Seorang Belanda.”
Pada saat itu pemerintah kolonial sedang ingin merayakan 100 tahun
kemerdekaan Belanda dari Perancis. Perayaannya itu direncanakan dilakukan di
Hindia alias Indonesia, dengan melakukan penarikan uang sumbangan kepada
seluruh warga Hindia-Belanda. Salah satu penggalan kalimat dalam tulisannya itu
adalah
“Sungguh, seandainya saya ini orang Belanda, maka saya tak akan pernah mau
merayakan pesta peringatan seperti itu di sini, di suatu negeri yang kita
jajah. Berikan dahulu rakyat yang tertindas itu kemerdekaan, baru sesudah itu
kita memperingati kemerdekaan kita sendiri!”
Sebuah pesan untuk membuka kesadaran akan cita-cita kemerdekaan dari
seorang Soewardi Soerjaningrat, yang kelak berubah nama menjadi Ki Hajar
Dewantara.
Karena keberaniannya ini, Ki Hajar Dewantara membuat pemerintah Belanda
emosi, geram, dan marah. Hingga akhirnya ia diasingkan ke Belanda. Setelah
kembali pada September 1919, ia kembali melakukan perlawanannya melalui
tulisan-tulisannya sampai orasinya. Yaa pada akhirnya, Ki Hajar Dewantara
bolak-balik masuk penjara.
Nah, sebenarnya ia belum kapok Squad. Namun, semenjak istrinya mengindap
penyakit, Ki Hajar mulai fokus untuk kesembuhan istrinya. Setelah istrinya
sembuh, ia mulai memikirkan cara lain untuk melawan Belanda, dan cara yang
dipilih adalah jalur Pendidikan.
Tepat pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar mendirikan Lembaha Pendidikan
Nasional Taman Siswa. Sekolah ini didirikan khusus bagi rakyat pribumi. Ki
Hajar sadar bahwa pendidikan adalah senjata yang paling tajam untuk melakukan
perlawanan terhadap penjajahan.
Ketika rakyat pribumi tumbuh cerdas, memiliki pengetahuan luas, pemerintah
Belanda tidak lagi bisa membodoh-bodohi, dan rakyat pun akan sangat mudah
didorong untuk melakukan perlawanan dan merdeka. Taman Siswa ini benar-benar
independen, Ki Hajar tidak sudi menerima subsidi dari pemerintah kolonial
Belanda.
Nah Squad, karena itulah tanggal lahir Ki Hajar Dewantara dijadikan
peringatan Hari Pendidikan Nasional. Semua itu karena ide, gagasan, serta
perjuangannya melawan penjajah dengan pendidikan. Sekarang kamu makin percaya
kan kalau pendidikan itu penting, kalau pengetahuan adalah senjata yang sangat
tajam.
Moh Hatta
Indonesia merdeka tak bisa lepas dari jasa
Mohammad Hatta alias Bung Hatta. Selain kiprahnya di dunia politik,
pengetahuannya pada ilmu ekonomi juga membuatnya dikenal sebagai salah satu
pendorong gerakan koperasi di Indonesia. Seperti ini lah biografi Moh
Hatta.
Moh Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, 11
Agustus 1902 ini salah satu proklamator kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Hatta
merupakan anak kedua dari pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha. Kakeknya
seorang ulama besar dan ternama di Sumatera Barat pada masa itu yang bernama
Syekh Abdurrachman atau Syekh Batu Hampar. Selepas usia remaja, Hatta
meninggalkan tanah Minang untuk melanjutkan studike Sekolah Tinggi Dagang
Prins Hendrik School, Batavia.
Ia lalu hijrah ke Belanda untuk bersekolah
di Handels Hogeschool (sekarang namanya Universitas Erasmus Rotterdam) pada
September 1921. Hatta tiba di negeri itu dengan menumpang kapal Tambora milik
Rotterdamse Lloyd. Di negeri Belanda pula ia mengenal dan sempat memimpin
organisasi pergerakan yang memiliki cita-cita merdeka dari kolonialisme.
Karena aktivitas politiknya itu Hatta
sempat mendekam di ruang tahanan. Tak hanya fokus soal pergerakan, semasa di
Eropa pula, Hatta memperdalam ilmu koperasi. Dia disebut mengunjungi sejumlah
negara Skandinavia di antaranya Denmark demi mencari tahu soal koperasi.
Di bawah pimpinan Hatta, Perhimpunan
Indonesia di negeri Belanda sudah merumuskan lima prinsip ekonomi. Salah satu
di antaranya, "Memajukan koperasi pertanian dan bank-bank rakyat".
Pada Juli 1932, Hatta kembali ke Tanah Air. Semangatnya di bidang politik tak
memudar bahkan makin berkobar.
Beberapa kali pemerintah kolonial Belanda
menangkap lalu mengasingkan Hatta ke daerah-daerah terpencil. Perjuangan tanpa
kenal lelah itu membuahkan hasil. Bersama Sukarno, Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dia pun didapuk menjadi Wakil
Presiden Pertama Republik Indonesia mendampingi Presiden Sukarno.
Meski aktif di politik, Hatta tak
melupakan dunia ekonomi. Salah satunya mendorong gerakan koperasi. Bahkan untuk
jasanya itu, Hatta diberi gelar Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi
Indonesia di Bandung, Jawa Barat tanggal 17 Juli 1953.
Diambil dari
https://blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-11-ide-dan-gagasan-pendidikan-dari-para-tokoh-nasional
tugas!
Setelah baca contoh
artikel diatas, anak- anakku semua carilah dan tulis satu tokoh nasional lainnya yang
punya peran dalam memperjuangkan kemerdekaan!
kerjakan di kertas folio/ buku tugas. kemudian upload/unggah di google classroom. code gabung kelas menyusul.
selamat mengerjakan.
Nama: Siti Hanifah ch
BalasHapusNomer :30
Kelas : XI IPS 2
Nama:ilham nur salim
BalasHapusNo : 17
Kelas : XI ips 2
Nama:Fera setianingsih
BalasHapusNo:15
Kelas:xi ips 2
Nama: Diah suci wulandari
BalasHapusNo.12
Kelas:XI ips 2
Nama:jesy Fitriyani
BalasHapusNo.18
Kelas:XI ips 2
Nama : Khoirunnisa Luluk Hanifah
BalasHapusNo: 16
Kelas : XI IPS 1
Nama : Berlian Oktavia Azkiatun Nisa'
BalasHapusNo : 6
Kelas: XI IPS 1
Nama : Nilam Mulatsih
BalasHapusNo : 22
Kelas : XI IPS 1
Nama: Lisa Fatimah
BalasHapusNo: 18
Kelas: XI IPS 1
Nama: Nandita Oktavianti
BalasHapusNo:21
Kelas: XI IPS 1
Nama: Nandita Oktavianti
BalasHapusNo:21
Kelas: XI IPS 1
Nama: Lisa Fatimah
BalasHapusNo: 18
Kelas: XI IPS 1
Nama :Oktavia Rahmawati
BalasHapusNo :25
Kelas:XI IPS 1
Nama : Elisa Alfiana
BalasHapusNo : 11
Kelas : XI IPS 1
Nama : Elisa Alfiana
BalasHapusNo : 11
Kelas : XI IPS 1
Nama : dian laras satu
BalasHapusNo :08
Kelas :XI ips 1
Nama:Putri ayu vionita
BalasHapusKelas:XI IPS 1
No:26
Nama:Vivi yuliani
BalasHapusKls:Xl IPS 1
NO:33
Nama = Dyah ayu istiqomah
BalasHapuskelas = XI IPS 1
No.= 09
Nama:Filistian ningrum sekar.w.s
BalasHapusKls:XI IPS 1
No:14
Nama : Ulfa Nor Oktaviana W
BalasHapusKelas : XI IPS 1
No : 32
FIKA FAHMI AL 'AYYUBA
BalasHapusXI IPS 1
No absen 13
Ok terimakasih semua, saya yakin kamu semua hebat
BalasHapus